Oleh: Juan Karnadi, Ibnu Roihan & Raldi Artono Koestoer
Pendahuluan
Mengefisienkan Penggunaan Patient Monitoring Konvensional
Potret di atas menggambarkan betapa pentingnya penggunaan peralatan patient monitor -juga patient monitoring di rumah sakit. Di antaranya pemakaian banyak sensor dalam sebuah patient monitor (Tschool dkk, 2019) dan tidak portable (Randazzo, Pasero & Navaretti, 2018), sehingga mengurangi mobilitas tenaga kesehatan baik dari aspek diagnosis maupun pengoperasian. Selain itu, sensor yang terpasang menggunakan bahan yang bersifat disposable -dan turut serta menghasilkan limbah medis (Hosseini dkk, 2020); bahkan sebagian di antaranya melukai kulit (Vieira dkk, 2020). Aspek lainnya yang jadi kekurangan ialah ukuran / dimensi peralatan masih terbilang besar (Vishnu, Ramson & Jegan, 2020).
Sedangkan peralatan health monitoring yang ada saat ini telah banyak menerapkan pengambilan data tanda-tanda vital pasien / manusia secara real-time (Griggs dkk, 2018) serta monitoring secara mandiri (self-monitoring). Seperti pada produk Biostamp nPoint di mana berlangsung mekanisme pengambilan data fisiologis terhadap pasien secara berkesinambungan dan menyajikannya dalam rekaman medis lengkap (Kang dkk, 2018). Tanda vital yang diukur di sini ialah detak jantung dan frekuensi pernapasan (MC10 Inc., 2017).
Contoh peralatan health monitoring lainnya yakni Viatom CheckMe Pro di mana dapat meminimalisir terjadinya kesalahan saat pemeriksaan tanda vital pasien dan melangsungkan monitoring sendiri (Weenk dkk, 2018). Sementara di dalam negeri, meski belum mencapai tingkatan integrasi yang memadai, pengembangan peralatan health monitoring ataupun peralatan medis berbiaya terjangkau masih terus berlangsung (Juan Karnadi dkk, 2023).
Melihat beragam persoalan dari pemakaian patient monitor di atas -juga tingginya kebutuhan peralatan health monitoring dalam pembacaan tanda-tanda vital, muncullah ide membuat dan mengembangkan alat berbiaya terjangkau dengan fungsional serupa monitoring pasien (Juan Karnadi dkk, 2021), yaitu Real Time and Portable Health Monitoring System (REPO-HMS). Peralatan medis ini dihadirkan guna mengefisienkan penggunaan patient monitoring konvensional. Salah satu keunggulan esensial dari REPO-HMS adalah memungkinkan banyaknya pembacaan tanda-tanda vital hanya dengan satu modul sensor saja (Karnadi, Roihan & Koestoer, 2021). Keunggulan lainnya dapat dijabarkan sebagai berikut: non-invasive (tidak melukai kulit); komponen inti yang reusable (bisa digunakan berulang kali); portable; dan penggunaannya sederhana (cukup dengan meletakkan jari).
REPO-HMS (Real Time and Portable Health Monitoring System)
Filosofi penamaan produk (purwarupa) REPO-HMS dimaksudkan dalam rangka menggugah antusiasme segenap kalangan masyarakat menuju kesadaran akan pentingnya esensi dari harapan hidup. Dari aspek tenaga kesehatan, hal demikian merupakan pendekatan baru dikarenakan banyaknya kemudahan memeriksakan pasien dengan peralatan medis buatan sendiri ini. Sementara dari sisi awam, semua kalangan bisa mendapat gambaran komprehensif perihal harapan hidup dari perolehan tanda-tanda vital saat pemeriksaan.
Lagi, investasi peralatan patient monitor dalam ruang ICU, ICCU, PICU dan NICU menjadi sebuah persoalan nyata lantaran memerlukan biaya yang sangat tinggi. Satu unitnya saja mencapai harga Rp 30 s/d 50 juta -dan paling sedikit belasan juta rupiah. Akibatnya, harga perawatan pun menjadi sangat mahal.
Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan pada tahun 2018, hanya 17,2% dari seluruh fasilitas kesehatan yang memiliki peralatan medis demikian; itupun baru mencakup rumah sakit kelas A dan B (Indonesia, 2019). Dan pada kenyataannya, ketersediaan patient monitor -maupun peralatan health monitoring lainnya- juga masih belum merata di seluruh Indonesia. Aksesnya hanya ada di kota-kota besar saja. Sementara puskesmas kecil tak memiliki peralatan medis ini.
Melalui usaha pengadaan REPO-HMS ini, ke depannya peralatan medis ini bisa menjadi opsi yang mampu mengefektifkan penggunaan patient monitoring konvensional ataupun alat health monitoring lainnya yang sudah ada di rumah sakit maupun pasaran; terutama dari aspek waktu, kebutuhan sensor dan banyaknya tanda vital. Lebih jauh, usaha demikian kelak memegang peranan sentral membukakan akses kepada fasilitas kesehatan maupun puskesmas kecil di daerah juga pelosok Nusantara terhadap peralatan medis dengan fungsionalitas layaknya patient monitor di rumah sakit.
Mempersingkat Pemeriksaan Kesehatan
Aspek lainnya yang menjadi pertimbangan sekaligus fokus pengembangan REPO-HMS ialah mengenai lama berlangsungnya pemeriksaan dan perekaman kesehatan terhadap pasien (durasi). Untuk sebagian tanda vital, banyak anjuran medis mengarahkan pembacaan yang setidaknya berlangsung selama 30 detik; bila diperlukan hingga 60 detik. Persisnya pada tanda vital detak jantung (BPM) agar dapat menangkap adanya kelainan ataupun penyakit jantung saat pembacaan (Zheng dkk, 2020). Juga frekuensi pernapasan (RR) pada pasien yang memiliki kelainan, penyakit -seperti penyakit pernapasan akut- ataupun isu kesehatan lainnya terkait pernapasan / paru-paru (Zheng dkk, 2020).
Merujuk lagi kepada petunjuk ringkas medis, pembacaan tanda-tanda vital di peralatan health monitoring masa kini memerlukan waktu sampai 60 detik layaknya alat pulse oksimetri (Luks & Swenson, 2020) dan termometer digital (Bultas & Wehr, 2021). Namun ada yang bisa lebih cepat. Seperti pada Viatom CheckMe Pro yang hanya membutuhkan 25 detik melakukan pencatatan kesehatan pasien (Weenk dkk, 2018) -terlepas dari pemakaian sensor yang terpisah untuk tiap tanda vitalnya.
Maka, substansi sentral pengembangan REPO-HMS melihat segi durasi pemeriksaan kesehatan tidak lain dari mempersingkat perekaman kesehatan pada pasien di mana hasil pembacaan tanda-tanda vitalnya telah terbaca akurat. Cukup dalam 15 detik saja pencatatan perolehan tanda-tanda vital dengan peralatan REPO-HMS.
Urgensi Tanda-Tanda Vital
Dari banyaknya tanda-tanda vital yang terdapat di peralatan health monitoring, empat di antaranya menjadi preferensi utama: detak jantung (heart rate / BPM), saturasi oksigen (SPO2), dan suhu tubuh (TBody); dilengkapi pula dengan suhu kulit (skin temperature). Alasannya, keempat tanda vital tersebut memiliki data rekam medis (perolehan pembacaan tanda vital) di mana kebutuhannya menjadi urgensi bagi pihak medis (tenaga kesehatan) supaya mengetahui serta memetakan keadaan vital pasien.
Perolehan tanda vital detak jantung memiliki kegunaan tidak hanya dalam memberikan diagnosis ada tidaknya penyakit jantung (kardiak) maupun non-kardiak (diabetes, sleep apnea dan penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson) -malah justru amat bermanfaat urgensinya dalam memberikan pengarahan ataupun treatment selama proses terapi / penyembuhannya berlangsung (De Maria dkk, 2021). Lalu urgensi dari tanda vital saturasi oksigen yakni mendeteksi / mendiagnosis apakah oksigen dalam darah meneruskan suplainya ke jaringan tubuh lainnya atau suplai tadi sedang berhenti (Davies dkk, 2020).
Masuk ke tanda vital berikutnya, suhu tubuh, di mana urgensinya yaitu mengetahui keberlangsungan regulasi fisiologis dari aspek metabolisme penghasilan panas dalam tubuh (Grodzinsky & Levander, 2019). Sementara lewat suhu kulit, kita bisa memperoleh gambaran akan keseimbangan aliran panas antara lingkungan dan tubuh kita sendiri (Chaudhuri dkk, 2018). Sedangkan kegunaan dari tanda vital RR di sini tidak lain agar dapat mengetahui kemampuan jaringan saraf yang berperan meregulasi laju aliran masuk oksigen (O2) dan aliran keluar karbondioksida (CO2) (Chourpiliadis & Bhardwaj, 2019).
Selanjutnya tanda vital kadar gula darah yang berguna untuk mendeteksi bagaimana hormon-hormon pada pankreas bekerja meregulasi kadar gula darah tadi -baik dalam keadaan normal maupun tidak- bersama dengan hormon glukagon dan insulin (Ahmed & Khalique, 2019). Lalu tanda vital tekanan darah yang dapat menggambarkan peranan organ otak dalam mengontrol tekanan darah itu sendiri (Kelly & Rothwell, 2020).
Deteksi Dini
Tujuan pengerjaan pengembangan REPO-HMS ialah untuk deteksi dini -tidak terbatas seputar COVID saja- akan ada tidaknya kelainan dan/atau penyakit yang menjangkiti tubuh manusia / pasien melalui keluaran setiap tanda vitalnya. Kelainan maupun penyakit tadi beserta pemicu dan dampaknya dapat dipetakan dalam Tabel 1 di bawah. Hal demikian pun amat sangat membantu segenap elemen masyarakat mengetahui kondisi kesehatannya.
Parameter Vital | Pemicu | Kelainan dan/atau Penyakit | Dampak | Referensi |
Detak Jantung | Kelainan, Infeksi dan Tersumbatnya Peredaran Darah Menuju Otot Jantung |
|
| Breinholt (2017) Wadman dkk (2020) |
Gangguan Irama Jantung | Arryhtimia (Aritmia) beserta turunannya: bradycardia & tachycardia | Irama jantung tidak normal (terlalu lambat ataupun sebaliknya terlalu cepat) | ||
Bawaan / Genetik |
Jantung |
| ||
Saturasi Oksigen | Rendahnya Suplai Oksigen |
| Defisit suplai oksigen menuju otak dan jaringan serta organ tubuh lainnya | Hafen & Sharma (2018) Qadir & Naaem (2019) | Suhu Tubuh & Suhu Kulit | Pengeluaran Panas Berlebih Tubuh | Hypothermia (<36o C) |
| Grodzinsky & Levander (2019) |
Meningkatnya metabolisme disertai tidak cukupnya panas yang hilang / keluar dari tubuh | Demam (>38o C) |
| ||
| Hyperthermia (≥40o C) | Tidak bekerjanya regulasi termal dalam tubuh, hingga menyebabkan kerusakan jaringan maupun organ tubuh dan dapat berakibat kematian | ||
Gula Darah | Gangguan Regulasi pada Hormon di Pankreas |
| Hormon glucagon dan insulin yang ikut meregulasi tidak bekerja dengan baik | Ahmed & Khalique (2019) Lei dkk (2019) |
Tersumbatnya Pembuluh Arteri Kecil | Penyakit Pembuluh Darah Kecil | Tidak lancarnya sirkulasi darah pada tubuh | ||
Tekanan Darah | Kelainan Kardiovaskuler |
mmHg) |
| Brady dkk (2020) Fuchs & Whelton (2020) |
Frekuensi Napas | Ketidakbugaran Kardiorespirasi |
| Tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen yang diperlukan dalam rangka melakukan aktivitas | Al-Halhouli dkk (2019) |
Nilai Strategis: Kecakapan dan Kemandirian Masyarakat
Aspek berdampak REPO-HMS bagi masyarakat -sekaligus ilmu pengetahuan ialah sebagai berikut: cakap membuat keputusan berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan (self-decision making) dan mandiri memeriksakan kesehatannya (self-monitoring). Ke depannya dapat meningkatkan kecakapan masyarakat membuat keputusan merujuk pada hasil pemeriksaan kesehatan. Intinya mampu memutuskan sendiri (self-decision making). Persisnya dalam artian tindakan cepat menentukan perlu tidaknya rujukan ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Jauh lebih berdampak lagi menumbuhkan kemandirian masyarakat memeriksakan kesehatannya sendiri (self-monitoring). Artinya, segenap khalayak mampu, memberdayakan dirinya agar bisa mengetahui kondisi kesehatannya melalui pemeriksaan / check-up berkala secara mandiri memanfaatkan ketersediaan peralatan REPO-HMS di mana saja (rumah, fasilitas kesehatan, perjalanan dinas, dan seterusnya).
Tinjauan Inovasi (RoadMap dan Keterbaruan)
Inovasi Pengembangan (State of The Arts)
Pulse oksimetri nyatanya memang mampu membaca detak jantung dan saturasi oksigen yang masing-masing menggambarkan kemampuan jantung mengatur sirkulasi darah (Fernandes dkk, 2020) serta kadar kepekatan oksigen dalam darah kita (Lukas dkk, 2020). Akan tetapi, bila dibandingkan dengan pulse oksimetri, REPO-HMS mempunyai nilai tambah sekaligus kelebihan di mana ia dapat membaca dan menghasilkan pula suhu kulit maupun suhu tubuh yang representatif. Lebih jauh lagi, hasil pembacaan kedua tanda vital tersebut memetakan keadaan jaringan maupun organ yang meregulasi tubuh kita dari aspek termal (Grodzinsky & Levander, 2019).
Sedangkan pembacaan tanda vital gula darah berperan dalam menggambarkan keadaan dan kinerja organ pankreas (Alonge, D’Alessio & Schwartz, 2021). Ada pula tanda vital tekanan darah dengan kegunaan memetakan kesehatan organ otak (Kelly & Rothwell, 2020). Dan juga tanda vital RR dalam rangka mengetahui kebugaran kardiorespirasi (Al-Halhouli dkk, 2019) -persisnya kemampuan sistem kardiovaskuler dan pernapasan dalam memenuhi kebutuhan oksigen selama melakukan aktivitas.
RoadMap Pengembangan REPO-HMS
Peta Jalan (RoadMap) Pengembangan REPO-HMS
Pengembangan REPO-HMS sendiri dimulai pada 2018 di mana pada saat itu banyak berfokus pada dua tanda vital saja -layaknya peralatan pulse oksimetri: detak jantung dan saturasi oksigen. Kemudian di tahun 2019, arah pengembangannya ialah menambahkan tanda vital baru berupa suhu kulit dan suhu tubuh; bersama dengan upaya validasi dan kalibrasi untuk saturasi oksigen.
Memasuki tahun 2020, sesudah memperbaiki algoritma pembacaan detak jantung, haluan pengembangan REPO-HMS mengarah pada dua aspek krusial: (1) menggabungkan keempat tanda vital dalam satu modul sensor; dan (2) penambahan fitur Bluetooth. Pada 2021, berkolaborasi dengan pihak FIK UI, dilaksanakan uji performa peralatan pada salah satu Lab Prodia di Jabodetabek.
Tahun berikutnya (2022) arah pengembangan berfokus pada perancangan alat Pocket Health Monitoring berbasiskan ESP-32 sekaligus memungkinkan berjalannya konektivitas dengan fitur Bluetooth dan WiFi sekaligus. Di tahun 2023, pengembangan berkisar pada pembuatan dan perbanyakan Pocket Health Monitoring; juga penambahan tanda vital gula darah.
Lalu tahun 2024 selain uji klinis dan penambahan tanda vital RR, garis besar utama pengembangan REPO-HMS berkisar pada penambahan display layar LCD di peralatannya sendiri dengan penggunaan pada meja di fasilitas kesehatan (dan tempat lainnya): Table Health Monitoring. Barulah tahun berikutnya (2025) berfokus pada pemanfaatan cloud database lewat keterhubungan dengan fitur Bluetooth dan WiFi serta teknologi IoT -disertai penambahan tanda vital tekanan darah. Juga diikuti pengembangan peralatan yang memiliki ukuran layar lebih besar dari Table Health Monitoring (Highly-Enhanced Health Monitoring) serta penambahan grafik EKG pada 2026.
Di tahun selanjutnya (2027), Haluan pengembangan sentralnya ialah menggabungkan semua tanda vital tadi -bersama dengan penambahan USG. Dan pada 2028, pengembangan REPO-HMS mengarah pada penambahan EEG, penyediaan aplikasi yang memadai untuk sistem operasi Android maupun iOS, dan turut menyasar pula penambahan analisis check-up lebih lanjut ke dalam fitur aplikasi.
Perjalanan Prototyping Peralatan REPO-HMS
Perihal pengembangan prototipe (prototyping) REPO-HMS, perjalanannya telah melalui setidaknya tiga kali penyempurnaan. Prototipe (dan sekaligus aplikasi) pertama dibuat di tahun 2020 di mana penggunaan bahannya masih menggunakan akrilik. Lalu pada tahun 2022, dimulai percobaan peningkatan kualitas casing memanfaatkan teknologi 3D Printing. Tahun berikutnya (2023), telah dijalankan percobaan pembuatan peralatan REPO-HMS yang baru dengan ukuran jauh lebih compact ketimbang dua penyempurnaan sebelumnya, yaitu Pocket Health Monitoring.
Keterbaruan: Banyak Alat Monitoring Jadi Satu & Elaborasi Konektivitas
Melalui pengembangan REPO-HMS, keterbaruan yang nampak dan ingin diangkat ialah bahwa sejatinya, usaha ini menggabungkan banyak alat health monitoring dengan peruntukkan berbeda -diantaranya pulse oksimetri dan termometer digital- menjadi satu. Terdapat pula keterbaruan lainnya dalam usaha demikian di mana adanya penyediaan akses digital berupa aplikasi Android agar bisa memantau pemeriksaan kesehatan lewat layar aplikasi.
Dan keterbaruan strategis lainnya termasuk pula perihal peningkatan dan penambahan opsi konektivitas. Tidak hanya terhubung dengan fitur Bluetooth saja (Nobuyuki Kagiyama dkk, 2021), melainkan juga pada fitur WiFi dan Internet of Things / IoT (Faisal Jamil dkk, 2020); bahkan dapat memungkinkan pula data pembacaan tanda vital tersimpan (Faisal Jamil dkk, 2020) memanfaatkan teknologi cloud.
Tinjauan Standar Produk
Merujuk pada klasifikasi dalam kesempatan AMDD (2015), REPO-HMS termasuk ke dalam klasifikasi kelas A dengan resiko rendah. Demikian pula di dalam kelas klasifikasi PKRT (Indonesia, 2017), REPO-HMS merupakan alat kesehatan kelas 1 dengan resiko rendah.
Perihal standar uji klinis, pengujian peralatan REPO-HMS sendiri mengacu pada standar IEC 80601-2-49:2018 mengenai dasar keselamatan alat kesehatan elektromedik. Aspek lainnya yang dimuat dalam standar IEC ini antara lain performa dan penyertaan lebih dari dua tanda vital.
Masih membahas IEC 80601-2-49:2018, REPO-HMS setidaknya telah memiliki empat tanda vital dan terjamin keamanannya dari sengatan arus listrik -lantaran hanya memerlukan 3,3 V dengan daya 240 mA. Sementara terkait uji performa, perlu dilakukan uji lingkungan lebih lanjut di luar laboratorium -seperti rumah sakit dan klinik; ataupun fasilitas kesehtan lainnya.
Metode Pengembangan Produk
Garis Besar Alur Pengerjaan REPO-HMS
Dalam konteks pengerjaan REPO-HMS selama tahun pendanaan berjalan, alur pengerjaannya secara garis besar dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Pengujian ke Pasien Dewasa; (2) Peningkatan Keakurasian dan Kepresisian Pembacaan Gula Darah; (3) Penggabungan Tanda-Tanda Vital; (4) Pengembangan Konektivitas; (5) Uji Klinis.
Dari aspek pengujian ke pasien dewasa, fokusnya lebih banyak menyoroti pungujian dengan tanda-tanda vital yang sudah ada dan juga untuk tanda vital gula darah. Lalu pengembangan konektivitas di sini memanfaatkan fitur Bluetooth dan WiFi serta teknologi IoT dan database berbasiskan cloud.
Langkah berikutnya yakni melakukan penggabungan semua tanda-tanda vital di atas. Diikuti juga dengan upaya uji klinis beserta pendokumentasiannya. Dan semuanya ini bermuara pada usaha peningkatan (eskalasi) pemakaian produk REPO-HMS itu sendiri.
Eskalasi Jangka Pendek: Penambahan Gula Darah dan Peningkatan Konektivitas
Tahapan pengembangan REPO-HMS mencakup dua aspek utama, yaitu penambahan tanda vital dan peningkatan konektivitas. Perihal ini, penahapan dalam pengerjaannya dimulai dengan menambahkan kembali satu tanda vital baru dari yang telah ada sekarang ini: gula darah. Dari yang kini telah memiliki setidaknya empat tanda vital (BPM, SPO2, TBody dan TSkin) menjadi lima tanda vital dengan adanya gula darah.
Terkait aspek konektivitas, penambahan ketersediaan opsi menjadi fokus utama pada tahapan pengembangan peningkatan konektivitas ini. Tidak hanya sebatas fitur Bluetooth yang terkoneksi pada perangkat smartphone, namun juga memungkinkan berlangsungnya konektivitas memanfaatkan fitur WiFi dan teknologi IoT pula. Dan puncaknya ialah terjadi penyimpanan hasil pemeriksaan kesehatan pasien ke dalam database berbasiskan teknologi cloud.
Pengembangan Mendatang Prototyping REPO-HMS
Perihal luaran prototipe, pengembangan sentral dari peralatan untuk REPO-HMS sendiri lebih mengarah kepada penyediaan tampilan layar secara fisik pada peralatan berupa display LCD. Pada Pocket Health Monitoring, belum terdapat display LCD. Keterangan display LCD tadi akan dihadirkan dalam peralatan Table Health Monitoring; dan selanjutnya dengan ukuran yang lebih besar lagi pada peralatan Highly-Enhanced Health Monitoring.
Peranan Mitra: Menyediakan Workshop Prototyping
Terkait pengembangan produk REPO-HMS, peranan mitra meliputi tiga tahapan esensial secara bertahap. Langkah pertama ialah penyediaan workshop prototyping. Tujuannya tidak lain dalam rangka mendukung pemenuhan kebutuhan pengerjaan REPO-HMS, baik dari aspek elektronik maupun maupun manufaktur. Workshop prototyping di sini terbagi menjadi workshop elektronik dan workshop manufaktur. Untuk workshop elektronik, fokusnya mengarah pada penyediaan modul sensor yang berkaitan erat dengan instrumentasi kesehatan -dan juga perbanyakan pembuatan PCB. Sementara untuk workshop manufaktur, pengerjaannya mengarah pada pembuatan luaran casing dari REPO-HMS serta pemilihan layar display LCD untuk peralatan Table dan Highly-Enhanced Health Monitoring.
Selanjutnya mitra pun berperan dalam menyediakan dukungan peralatan dan teknisi. Dari segi peralatan, persisnya peralatan prototyping dan perangkat komputer untuk memudah perancangan REPO-HMS. Hal demikian dibarengi pula dengan pengiriman dukungan setidaknya satu orang teknisi ke tempat workshop prototyping (elektronik maupun manufaktur).
Dan peranan mitra nantinya memuncak pada tahapan sample and batch production. Langkah ini menyasar pada upaya penggunaan REPO-HMS di lingkungan riil. Tepatnya soal usaha mitra meningkatkan pemakaian peralatan REPO-HMS di rumah sakit dan klinik -ataupun fasilitas kesehatan lainnya. Lalu perbanyakan peralatan REPO-HMS dengan skema batch production. Baru setelahnya mitra dalam pengerjaan REPO-HMS ini berfokus pada penggunaan berkonsep home-care (pemakaian di rumah).
Indikator Capaian
Pengembangan dan penggabungan pembacaan tanda-tanda vital pada REPO-HMS sendiri menyasar tiga aspek: evaluasi dan perbaikan prototipe; penambahan tanda vital gula darah serta peningkatan keakurasian maupun kepresisiannya; dan uji lab / uji lingkungan terhadap setidaknya 30 orang. Sedangkan pada indikator pengujian ke pasien, fokus esensialnya berkisar pada pembuatan prosedur, uji pasien, serta validasi dan kalibrasi gula darah.
Perihal pengembangan konektivitas dari REPO-HMS, haluannya tidak lain supaya dapat tercakupi keseluruhan opsi konektivitas: Bluetooth, WiFi, dan IoT. Di tahapan dokumentasi dan uji klinis, pengerjaannya lebih berkisar pada pelaksanaan lapangan uji klinis sekaligus pendokumentasian hasilnya- beserta hasil uji lab dan pengujian ke pasien. Sedangkan tahapan finalisasi / penyempurnaan pengerjaannya meliputi penyempurnaan SOP, peningkatan kesiapan dan kelayakan produk (peralatan maupun aplikasi), dan packaging produk (peralatan). Berikut tabel lengkap untuk indikator capaian.
Indikator Capaian Pengerjaan REPO-HMS
No. | Indikator Kinerja Kegiatan | Target | Keterangan |
1 | Pengembangan & Penggabungan Pembacaan Tanda-Tanda Vital | 100% |
|
2 | Pengujian ke Pasien | 100% |
|
3 | Pengembangan Konektivitas | 100% | Bluetooth, WiFi dan IoT |
4 | Dokumentasi & Uji Klinis | 100% |
|
5 | Finalisasi / Penyempurnaan | 100% |
|
Referensi
Tscholl, D. W., Handschin, L., Rössler, J., Weiss, M., Spahn, D. R., & Nöthiger, C. B. (2019). It’s not you, it’s the design-common problems with patient monitoring reported by anesthesiologists: a mixed qualitative and quantitative study. BMC anesthesiology, 19(1), 1-10.
Randazzo, V., Pasero, E., & Navaretti, S. (2018, March). VITAL-ECG: A portable wearable hospital. In 2018 IEEE Sensors Applications Symposium (SAS) (pp. 1-6). IEEE.
Hosseini, E. S., Dervin, S., Ganguly, P., & Dahiya, R. (2020). Biodegradable materials for sustainable health monitoring devices. ACS Applied Bio Materials, 4(1), 163-194.
Vieira, D., McEachern, F., Filippelli, R., Dimentberg, E., Harvey, E. J., & Merle, G. (2020). Microelectrochemical smart needle for real time minimally invasive oximetry. Biosensors, 10(11), 157.
Vishnu, S., Ramson, S. J., & Jegan, R. (2020, March). Internet of medical things (IoMT)-An overview. In 2020 5th international conference on devices, circuits and systems (ICDCS) (pp. 101-104). IEEE.
Griggs, K. N., Ossipova, O., Kohlios, C. P., Baccarini, A. N., Howson, E. A., & Hayajneh, T. (2018). Healthcare blockchain system using smart contracts for secure automated remote patient monitoring. Journal of medical systems, 42(7), 1-7.
Kang, M., Park, E., Cho, B. H., & Lee, K. S. (2018). Recent patient health monitoring platforms incorporating internet of things-enabled smart devices. International neurourology journal, 22(Suppl 2), S76.
MC10 Inc. (2017, July 31 – 2017, August 25). A Study to Evaluate the Performance, Usability, and Reliability of a Novel Device for Continuous Collection of Physiological Data in Healthcare and Remote Settings. https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT03257189
Weenk, M., van Goor, H., van Acht, M., Engelen, L. J., van de Belt, T. H., & Bredie, S. J. (2018). A smart all-in-one device to measure vital signs in admitted patients. PloS one, 13(2), e0190138.
Karnadi, J. (2023). HOPE Patient Monitoring – Juan Karnadi. Juan Karnadi. https://www.juan-karnadi.com/hope-patient-monitoring-2/
Karnadi, J., Roihan, I., Ekadiyanto, A., & Koestoer, R. A. (2021). Development of a Low-cost Arduino-based Patient Monitoring System for Heartrate, Oxygen Saturation and Body Temperature Parameters. Journal of Applied Science, Engineering and Technology, 1(1), 26-26.
Karnadi, J., Roihan, I., & Koestoer, R. A. (2021, March). Mini patient health monitor with heartrate, oxygen saturation, and body temperature parameter in affordable cost’s development for COVID-19 pretest. In AIP Conference Proceedings (Vol. 2344, No. 1, p. 030001). AIP Publishing LLC.
Indonesia, K.K.R., Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2018. 2019, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. p. 53.
Zheng, T., Chen, Z., Cai, C., Luo, J., & Zhang, X. (2020). V2iFi: In-vehicle vital sign monitoring via compact RF sensing. Proceedings of the ACM on Interactive, Mobile, Wearable and Ubiquitous Technologies, 4(2), 1-27.
Luks, A. M., & Swenson, E. R. (2020). Pulse oximetry for monitoring patients with COVID-19 at home. Potential pitfalls and practical guidance. Annals of the American Thoracic Society, 17(9), 1040-1046.
Bultas, M. W., & Wehr, A. (2021). What Is “Hot” and What Is Not: Thermometers and Fever Control. NASN School Nurse, 36(2), 110-117.
De Maria, B., Dalla Vecchia, L. A., Porta, A., & La Rovere, M. T. (2021). Autonomic dysfunction and heart rate variability with Holter monitoring: a diagnostic look at autonomic regulation. Herzschrittmachertherapie+ Elektrophysiologie, 32(3), 315-319.
Davies, H. J., Williams, I., Peters, N. S., & Mandic, D. P. (2020). In-ear spo2: A tool for wearable, unobtrusive monitoring of core blood oxygen saturation. Sensors, 20(17), 4879.
Grodzinsky, E., & Levander, M. S. (Eds.). (2019). Understanding Fever and Body Temperature: A Cross-disciplinary Approach to Clinical Practice. Springer Nature.
Chaudhuri, T., Zhai, D., Soh, Y. C., Li, H., & Xie, L. (2018). Thermal comfort prediction using normalized skin temperature in a uniform built environment. Energy and Buildings, 159, 426-440.
Chourpiliadis, C., & Bhardwaj, A. (2019). Physiology, respiratory rate.
Ahmed, A., & Khalique, N. (2019). Molecular Basis of Blood Glucose Regulation. Blood Glucose Levels.
Kelly, D. M., & Rothwell, P. M. (2020). Blood pressure and the brain: the neurology of hypertension. Practical neurology, 20(2), 100-108.
Breinholt, J. P. (2017). Cardiac Disorders. In Cloherty and Stark’s Manual of Neonatal Care (pp. 443-502). Wolters Kluwer.
Wadman, M., et al., A rampage through the body. Science, 2020. 368(6489): p. 356-360.
Hafen, B. B., & Sharma, S. (2018). Oxygen saturation. In: StatPearls. StatPearls Publishing, Treasure Island (FL)
Qadir, I.M. and M. Naeem, Does Normal Blood Oxygen Level Affects Cloth’s Colour Choice. Annals of Clinical Cancer and Therapy Journal, 2019. 1(1): p. 1-3.
Lei, C., Zhong, L., Ling, Y., & Chen, T. (2019). Blood glucose levels are associated with cerebral microbleeds in patients with acute ischaemic stroke. European Neurology, 80(3-4), 187-192.
Brady, K. M., Hudson, A., Hood, R., DeCaria, B., Lewis, C., & Hogue, C. W. (2020). Personalizing the definition of hypotension to protect the brain. Anesthesiology, 132(1), 170-179.
Fuchs, F. D., & Whelton, P. K. (2020). High blood pressure and cardiovascular disease. Hypertension, 75(2), 285-292.
Al-Halhouli, A. A., Al-Ghussain, L., El Bouri, S., Liu, H., & Zheng, D. (2019). Fabrication and evaluation of a novel non-invasive stretchable and wearable respiratory rate sensor based on silver nanoparticles using inkjet printing technology. Polymers, 11(9), 1518.
Fernandes, S. L., Gurupur, V. P., Sunder, N. R., Arunkumar, N., & Kadry, S. (2020). A novel nonintrusive decision support approach for heart rate measurement. Pattern Recognition Letters, 139, 148-156.
Lukas, H., Xu, C., Yu, Y., & Gao, W. (2020). Emerging telemedicine tools for remote COVID-19 diagnosis, monitoring, and management. ACS nano, 14(12), 16180-16193.
Alonge, K. M., D’Alessio, D. A., & Schwartz, M. W. (2021). Brain control of blood glucose levels: implications for the pathogenesis of type 2 diabetes. Diabetologia, 64, 5-14.
Karnadi, J. (2023, February 23). Health Monitoring, Merancang Pengembangan Berkelanjutan (23 Januari 2023) – Juan Karnadi. Juan Karnadi. https://www.juan-karnadi.com/2023/01/23/health-monitoring-merancang-pengembangan-berkelanjutan-23-januari-2023/
Kagiyama, N., Hiki, M., Matsue, Y., Dohi, T., Matsuzawa, W., Daida, H., … & Kasai, T. (2021). Validation of telemedicine-based self-assessment of vital signs for patients with COVID-19: a pilot study. Journal of telemedicine and telecare, 1357633X211011825.
Jamil, F., Ahmad, S., Iqbal, N., & Kim, D. H. (2020). Towards a remote monitoring of patient vital signs based on IoT-based blockchain integrity management platforms in smart hospitals. Sensors, 20(8), 2195.
ASEAN Medical Device Directive. (2015). The ASEAN Secretariat.
Indonesia, K.K.R., Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2017 tentang Izin Edar Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik in vitro dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. 2017, Departemen Kesehatan RI. p.10.