Health Monitoring, Merancang Pengembangan Berkelanjutan (23 Januari 2023)
January 23, 2023Kini peralatan health monitoring mesti mampu menjawab tiga kebutuhan sentral dalam memeriksakan kesehatan. Pertama mengirimkan data secara real-time (Grigss dkk, 2018). Kedua ialah menggabungkan beragam tanda-tanda vital seperti layaknya monitoring pasien di rumah sakit -dan menjadikannya portable. Lalu ketiga, yang paling essensial, yakni memungkinkan penggunaan peralatan health monitoring tidak hanya khusus di ICU saja -melainkan bisa di mana saja menyesuaikan peruntukkan. Singkatnya memungkinkan pemeriksaan kesehatan dengan cepat dan mudah. Lantas bagaimana usaha mencapai periksa kesehatan cepat dan mudah ini? Seperti apa kiprahnya?
Buat Penggunaan Health Monitoring Jadi Efisien
Banyak persoalan muncul dari penggunaan peralatan patient monitor -juga patient monitoring di rumah sakit. Diantaranya pemakaian banyak sensor dalam sebuah patient monitor (Tschool dkk, 2019) dan tidak portable (Randazzo, Pasero & Navaretti, 2018), sehingga membuat pengoperasiannya jadi rumit. Ditambah pula bahan sensornya yang sekali pakai (disposable) -dan malah turut menghasilkan limbah medis (Hosseini dkk, 2020). Bahkan sebagian bahan sensor tadi dapat melukai kulit (Vieira dkk, 2020). Sudah begitu, ukurannya pun masih amat besar (Vishnu, Ramson & Jegan, 2020).
Tergambar jelas sekarang kan dengan keseluruhan permasalahan terkait pemakaian patient monitor? Dan mengingat tingginya kebutuhan peralatan health monitoring dalam pembacaan tanda-tanda vital, nyata perlu menghadirkan terobosan supaya membuat penggunaan health monitoring jadi efisien. Haluannya tidak lain dari menyediakan peralatan medis berbiaya terjangkau (Juan Karnadi, 2023) yang memiliki mekanisme pengambilan data fisiologis terhadap pasien secara berkesinambungan serta menyajikannya dalam rekaman medis lengkap (Kang dkk, 2018).
Berinisiatif Memulai Pengadaan REPO-HMS
Dari sinilah kemudian lahir ide membuat dan mengembangkan REPO-HMS (Real Time and Portable Health Monitoring System). Orientasi pengerjaannya terkonsep jelas: berinisiatif memulai pengadaan peralatan medis dengan fungsional layaknya monitoring pasien (Juan Karnadi dkk, 2021). Hal demikian lantaran mengingat amat kentaranya persoalan investasi peralatan patient monitor dalam ruang ICU, ICCU, PICU dan NICU di mana memerlukan biaya yang sangat tinggi. Satu unitnya saja mencapai harga Rp 30 s/d 50 juta -dan paling sedikit belasan juta rupiah. Akibatnya, harga perawatan pun menjadi sangat mahal.
Terlebih, filosofi pengadaan REPO-HMS mempunyai makna tersendiri dalam rangka menggugah antusiasme segenap kalangan masyarakat menuju kesadaran betapa pentingnya esensi dari harapan hidup. Dari aspek tenaga kesehatan, kehadiran REPO-HMS menggambarkan satu pendekatan baru tentang banyaknya kemudahan dalam memeriksakan pasien yang diperoleh lewat peralatan medis buatan sendiri ini. Sedangkan dari sisi awam, penggunaannya dapat memungkinkan semua kalangan mendapat gambaran komprehensif perihal harapan hidup dari perolehan tanda-tanda vital saat pemeriksaan.
Persingkat Pemeriksaan Kesehatan
Banyak anjuran medis mengarahkan pemeriksaan kesehatan (pembacaan tanda-tanda vital) setidaknya berlangsung selama 30 detik hingga (bila diperlukan) 60 detik. Seperti pembacaan detak jantung (BPM) agar bisa menangkap adanya kelainan ataupun penyakit jantung saat pemeriksaan (Zheng dkk, 2020). Juga frekuensi pernapasan (RR) dalam membaca ata tidaknya kelainan dan/atau penyakit -seperti pernapasan akut- ataupun isu kesehatan lainnya terkait pernapasan / paru-paru dari pasien (Zheng dkk, 2020). Dan merujuk pada petunjuk ringkas medis, peralatan health monitoring masa kini pun masih memerlukan waktu sampai 60 detik dalam melakukan pembacaan tanda-tanda vital. Layaknya alat pulse oksimetri (Luks & Swenson, 2020) dan termometer digital (Bultas & Wehr, 2021).
Maka dari itu, aspek krusial lainnya perihal pengembangan REPO-HMS sendiri berhubungan erat dengan lama berlangsungnya pemeriksaan kesehatan. Persisnya bagaimana mempersingkat pemeriksaan kesehatan secara bertahap. Dari yang semula 60 detik, lalu menjadi 30 detik. Berikutnya selama 20 detik, sampai hanya berlangsung 15 detik, dan puncaknya cukup perlu belasan detik saja. Bahkan upaya mempersingkat pemeriksaan kesehatan yang sedemikian rupa tadi menjadi cikal bakal sentral pengembangan berkelanjutan REPO-HMS.
7 Tanda Vital dan Upaya Deteksi Dini
Semua tanda vital yang terdapat dalam monitoring pasien memiliki data rekam medis yang kebutuhannya menjadi urgensi pihak medis (tenaga kesehatan) guna mengetahui serta memetakan keadaan vital pasien. Berikut ini mencakup 7 tanda vital dalam health monitoring: detak jantung (heart rate / BPM); saturasi oksigen (SPO2); suhu tubuh (TBody) diperlengkapi dengan suhu kulit (TSkin); gula darah; tekanan darah (BP); dan frekuensi pernapasan (RR).
Mulai dengan dua tanda vital yang ada pada pulse oksimetri: detak jantung yang menggambarkan kemampuan jantung mengatur sirkulasi darah (Fernandes dkk, 2020), dan saturasi oksigen di mana kegunaannya berperan mendeteksi / mendiagnosis apakah oksigen dalam darah meneruskan suplainya ke jaringan tubuh lainnya ataupun sedang berhenti (Davies dkk, 2020). Lalu berlanjut ke suhu tubuh yang mempunyai peranan memetakan keadaan jaringan maupun organ yang meregulasi tubuh kita dari aspek termal (Grodzinsky & Levander, 2019). Sementara lewat suhu kulit, kita bisa memperoleh gambaran akan keseimbangan aliran panas antara lingkungan dan suhu tubuh kita sendiri (Chaudhuri dkk, 2018).
Selanjutnya kadar gula darah yang memberikan gambaran bagaimana hormon-hormon pada pankreas -bersama dengan hormon glukagon dan insulin- bekerja meregulasi kadar gula darah dalam tubuh (Ahmed & Khalique, 2019). Sedangkan tekanan darah mampu menggambarkan peranan sekaligus kesehatan organ otak dalam mengontrol tekanan darah itu sendiri (Kelly & Rothwell, 2020). Adapun tanda vital RR dalam rangka mengetahui kebugaran kardiorespirasi (Al-Halhouli dkk, 2019) -persisnya kemampuan sistem kardiovaskuler dan pernapasan dalam memenuhi kebutuhan oksigen selama melakukan aktivitas. Sampai saat ini, kadar gula darah dan BP masih dalam taraf pengembangan. Semoga tahun depan bisa terlaksana.
Terkait upaya deteksi dini, fokusnya tidak lain mengarah pada kelainan dan/atau penyakit yang menjangkiti tubuh manusia melalui keluaran setiap tanda vitalnya -dan tidak terbatas seputar COVID saja. Jelas ini amat sangat membantu segenap elemen masyarakat mengetahui kondisi kesehatannya. Kelainan maupun penyakit tadi dalam rangka deteksi dini -beserta pemicu dan dampaknya bisa kamu lihat pada tabel di bawah.
Parameter Vital | Pemicu | Kelainan dan/atau Penyakit | Dampak | Referensi |
Detak Jantung | Kelainan, Infeksi dan Tersumbatnya Peredaran Darah Menuju Otot Jantung |
|
| Breinholt (2017) Wadman dkk (2020) |
Gangguan Irama Jantung | Arryhtimia (Aritmia) beserta turunannya: bradycardia & tachycardia | Irama jantung tidak normal (terlalu lambat ataupun sebaliknya terlalu cepat) | ||
Bawaan / Genetik |
Jantung |
| ||
Saturasi Oksigen | Rendahnya Suplai Oksigen |
| Defisit suplai oksigen menuju otak dan jaringan serta organ tubuh lainnya | Hafen & Sharma (2018) Qadir & Naaem (2019) | Suhu Tubuh & Suhu Kulit | Pengeluaran Panas Berlebih Tubuh | Hypothermia (<36o C) |
| Grodzinsky & Levander (2019) |
Meningkatnya metabolisme disertai tidak cukupnya panas yang hilang / keluar dari tubuh | Demam (>38o C) |
| ||
| Hyperthermia (≥40o C) | Tidak bekerjanya regulasi termal dalam tubuh, hingga menyebabkan kerusakan jaringan maupun organ tubuh dan dapat berakibat kematian | ||
Gula Darah | Gangguan Regulasi pada Hormon di Pankreas |
| Hormon glucagon dan insulin yang ikut meregulasi tidak bekerja dengan baik | Ahmed & Khalique (2019) Lei dkk (2019) |
Tersumbatnya Pembuluh Arteri Kecil | Penyakit Pembuluh Darah Kecil | Tidak lancarnya sirkulasi darah pada tubuh | ||
Tekanan Darah | Kelainan Kardiovaskuler |
mmHg) |
| Brady dkk (2020) Fuchs & Whelton (2020) |
Frekuensi Napas | Ketidakbugaran Kardiorespirasi |
| Tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen yang diperlukan dalam rangka melakukan aktivitas | Al-Halhouli dkk (2019) |
Muat Banyak Tanda Vital, Gabungkan Banyak Alat Health Monitoring Jadi Satu
Keunggulan esensial REPO-HMS ialah mampu memuat banyak tanda vital dalam pemeriksaan kesehatan hanya dengan satu peralatan saja (Juan Karnadi, Ibnu Roihan & Raldi Artono Koestoer, 2021). Setidaknya saat ini telah dapat membaca empat tanda vital secara akurat: detak jantung, saturasi oksigen, suhu tubuh dan suhu kulit. Dan bila melihat pulse oksimetri yang tersedia di pasaran, REPO-HMS mempunyai nilai tambah di mana ia bisa menghasilkan suhu kulit maupun suhu tubuh yang representatif ketimbang pulse oksimetri yang memang cuma terdapat detak jantung dan saturasi oksigen.
Sejatinya, portable merupakan karaketeristik yang REPO-HMS miliki lantaran berukuran jauh lebih mini ketimbang patient monitor yang ada di rumah sakit. Sehingga ini membuat penggunaan REPO-HMS sederhana dan menjadikannya reusable. Selain itu, karakteristik inti lainnya dari REPO-HMS yaitu non-invasive (tidak melukai kulit).
Terlebih keistimewaan yang jadi aspek vital pada (pengembangan) REPO-HMS tidak lain dari terangkatnya usaha menggabungkan banyak alat health monitoring dengan peruntukkan berbeda menjadi satu -diantaranya pulse oksimetri dan termometer digital. Kelebihan lainnya yaitu adanya akses digital berupa aplikasi Android supaya bisa memantau kesehatan lewat layar aplikasi. Ditambah betapa strategisnya keunikan REPO-HMS dari aspek konektivitas: tidak sebatas terhubung dengan fitur Bluetooth saja (Nobuyuki Kagiyama dkk, 2021), melainkan pula WiFi serta IoT (Internet of Things) -dan kelak dapat memungkinkan data pemeriksaan kesehatan tersimpan (Faisal Jamil dkk, 2020) memanfaatkan teknologi cloud.
Inilah 5 Tahun Perjalanan Pengembangan REPO-HMS
Jadi makin tertarik kan kamu buat mendalami REPO-HMS setelah tahu tentang keunggulan dan karakteristiknya? Baiklah! Saatnya masuk lebih jauh menyelami perjalanan pengembangan REPO-HMS. Penasaran bagaimana kiprah berjalannya pengembangan peralatan medis buatan sendiri ini sejak 5 tahun lalu? Mari ikuti selengkapnya.
Bermula dari 2018 yang pada tahun tersebut didapati sebuah modul sensor (MAXIM INTEGRATED, 2021) yang setidaknya telah mencakup dua tanda vital: detak jantung dan saturasi oksigen. Di tahun selanjutnya (2019), dalam modul sensor tadi, selain membenahi pembacaan saturasi oksigen, esensi utamanya ialah menambahkan tanda vital baru berupa suhu kulit dan suhu tubuh dengan mengolah keluaran temperatur di dalamnya sedemikian rupa.
Barulah pada tahun 2020, sesudah memperbaiki algoritma pembacaan detak jantung, arah pengembangan REPO-HMS saat itu melingkupi dua aspek krusial: (1) menggabunggkan keempat tanda vital di atas dalam satu modul sensor; dan (2) penambahan fitur Bluetooth. Memasuki 2021, terjalin kolaborasi bersama pihak FIK UI lewat Kerjasama pelaksanaan uji performa peralatan REPO-HMS di salah satu Lab Prodia Jabodetabek.
Lalu berlanjut ke tahun 2022, fokus pengembangan REPO-HMS berkisar dalam perancangan Pocket Health Monitoring berbasiskan ESP-32 yang memang menyediakan fitur Bluetooth dan WiFi. Dan tahun 2023 ini, pengembangannya lebih banyak mengarah ke penyempurnaan rancangan Pocket Health Monitoring -serta penambahan tanda vital gula darah.
Lalu bagaimana dengan perjalanan pembuatan (prototyping) peralatannya sendiri? Pengerjaan prototyping peralatan REPO-HMS hingga kini telah melalui tiga tahapan. Dari yang semula masih belum meringkas ergonomi -persisnya segi ukuran- dan menggunakan bahan akrilik di tahun 2020. Pada tahun 2022, fokusnya di sini meningkatkan kualitas casing REPO-HMS memanfaatkan teknologi 3D Printing. Baru pada tahun selanjutnya (2023) dalam tahapan yang sedang dilalui sekarang ini, dibuat peralatan REPO-HMS yang berdimensi jauh lebih compact ketimbang dua tahapan sebelumnya: Pocket Health Monitoring. Demikian kiprah perjalanan pengembangan REPO-HMS sampai dengan saat ini.
Bermitra Membuat Workshop Prototyping
Tak kalah penting pula, berjejaring dengan pihak lain dari lintas keahlian / keilmuan menjadi langkah strategis pengembangan REPO-HMS dalam rangka mendukung kebutuhan pengerjaannya. Baik dari aspek elektronik maupun manufaktur. Intinya bermitra membuat workshop prototyping.
Peranan paling substansial terkait kemitraan di sini ialah menyediakan dua model workshop prototyping: workshop elektronik dan workshop manufaktur. Dalam workshop elektronik, mitra berperan mencarikan, menyediakan modul sensor yang berkaitan erat dengan instrumentasi kesehatan; juga terlibat dalam pembuatan dan perbanyakan board PCB. Perihal workshop manufaktur, pengerjaan oleh mitra mengarah pada pembuatan casing REPO-HMS maupun pemilihan layar display LCD untuk peralatan REPO-HMS setelah Pocket Health Monitoring.
Berikutnya mengenai dukungan peralatan dan teknisi. Persisnya dari pihak mitra menyediakan peralatan prototyping serta perangkat komputer guna mempermudah perancangan REPO-HMS. Ini pun dibarengi dengan pengiriman setidaknya satu orang teknisi oleh pihak mitra ke tempat workshop prototyping (elektronik dan/atau manufaktur).
Dan apabila mitra berasal dari kalangan industri ataupun korporasi, puncak dari pelaksanaan kemitraan itu sendiri berada di tahapan sample and batch production. Tahapan ini menyasar pada upaya penggunaan REPO-HMS di lingkungan riil. Tepatnya soal usaha mitra meningkatkan pemakaian REPO-HMS di rumah sakit, klinik, maupun fasilitas kesehatan lainnya. Dan tahapan tadi menyangkut pula produksi REPO-HMS dengan skema batch production. Lalu barulah sesudah alur pengerjaan yang berkelanjutan (sustained) terbangun sepenuhnya di tahapan ini, mitra dapat beralih memfokuskan penggunaan REPO-HMS ke lingkup layanan home-care (pemeriksaan kesehatan di rumah).
Tercapainya Kecakapan dan Kemandirian Masyarakat
Sejatinya, dampak nyata hadirnya REPO-HMS tidak lain dari tercapaiknya kecakapan dan kemandirian masyarakat. Cakap membuat keputusan berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan (self-decision making); dalam artian mampu mementukan perlu tidaknya merujuk diri ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
Juga utamanya (masyarakat) mandiri dengan penuh kesadaran memeriksakan kesehatan (self-monitoring). Sebab memang jauh lebih berdampak kala bisa menumbuhkan kemandirian masyarakat supaya mau memeriksakan kesehatannya sendiri. Artinya, segenap khalayak mampu memberdayakan dirinya agar bisa mengetahui kondisi kesehatannya melalui pemeriksaan kesehatan (check-up) berkala secara mandiri memanfaatkan ketersediaan peralatan REPO-HMS di mana saja. Di rumah, fasilitas kesehatan, perjalanan dinas, maupun tempat lainnya nanti.
Usaha Pengembangan REPO-HMS 5 Tahun Mendatang
Gimana? Sudah menyimak dan makin tergambar jelas tentunya bukan tentang keseluruhan kiprah peralatan REPO-HMS? Lantas seperti apa persisnya kelak usaha pengembangan REPO-HMS dalam 5 tahun mendatang? Yuk, simak rancangan arah pengembangan kedepannya nanti.
Memasuki tahun 2024, di samping uji klinis dan penambahan tanda vital baru (RR), orientasi sentral pengembangannya sendiri yaitu mengadakan peralatan yang dapat ditempatkan di beragam fasilitas kesehatan: Table Health Monitoring -diikuti penambahan display layar LCD. Tahun berikutnya (2025), haluan pengembangan REPO-HMS mengarah pada penambahan tekanan darah juga penggunaan optimum cloud database memanfaatkan ketersediaan fitur Bluetooth dan WiFi beserta teknologi IoT. Sesudahnya pada 2026, berlangsung penambahan layar EKG serta pembuatan REPO-HMS dengan ukuran layar lebih besar dari Table Health Monitoring: Highly-Enhanced Health Monitoring.
Barulah di tahun 2027, fokus pengembangan REPO-HMS berkisar dalam upaya menggabungkan semua tanda vital tadi -bersama dengan penambahan USG. Dan puncaknya pada 2028 ialah REPO-HMS dapat menyediakan aplikasi yang memadai bagi sistem operasi Android maupun iOS. Terlebih ini turut menyasar pula penambahan analisis check-up ke dalam fitur aplikasi. Bahkan usaha demikian diiringi dengan penambahan EEG. Berminat?
Buka Akses Ketersediaan Peralatan Medis
Pada kenyataannya, ketersediaan patient monitor -serta peralatan health monitoring lainnya- masih belum merata di seluruh Indonesia. Aksesnya hanya ada di kota-kota besar saja. Bagaimana dengan tempat lainnya? Masih banyak puskesmas kecil yang tak memiliki patient monitor. Bahkan hanya 17,2% fasilitas kesehatan yang memiliki peralatan medis ini; malah baru mencakup rumah sakit kelas A dan B (Indonesia, 2019). Bisa kamu bayangkan sekarang betapa pentingnya supaya bangsa kita mampu berdaya secara mandiri membuat peralatan health monitoring ataupun peralatan medis lainnya.
Melalui usaha pengadaan REPO-HMS, kelak peralatan medis ini bisa menjadi opsi yang mampu mengefektifkan pemakaian segala peralatan health monitoring yang sudah ada di rumah sakit maupun pasaran. Terutama dari aspek waktu, kebutuhan sensor dan banyaknya tanda vital. Lebih jauh lagi, usaha demikian memegang peranan amat sentral membukakan akses ketersediaan peralatan medis kepada fasilitas kesehatan maupun puskesmas kecil di daerah juga pelosok Nusantara.
Jadi, tunggu apalagi? SEGERA MILIKI dan GUNAKAN REPO-HMS! Mari PROAKTIF dan BERANI ambil andil bergotong-royong, bersinergi bersama MEMAJUKAN KESEHATAN INDONESIA!
Juan Karnadi
Digital & Publikasi, Medical Device Development
Tim Inkubator UI & Yayasan Bayi Prematur Indonesia (YABAPI)
juan@inkubator-gratis.org
Referensi
Griggs, K. N., Ossipova, O., Kohlios, C. P., Baccarini, A. N., Howson, E. A., & Hayajneh, T. (2018). Healthcare blockchain system using smart contracts for secure automated remote patient monitoring. Journal of medical systems, 42(7), 1-7.
Tscholl, D. W., Handschin, L., Rössler, J., Weiss, M., Spahn, D. R., & Nöthiger, C. B. (2019). It’s not you, it’s the design-common problems with patient monitoring reported by anesthesiologists: a mixed qualitative and quantitative study. BMC anesthesiology, 19(1), 1-10.
Randazzo, V., Pasero, E., & Navaretti, S. (2018, March). VITAL-ECG: A portable wearable hospital. In 2018 IEEE Sensors Applications Symposium (SAS) (pp. 1-6). IEEE.
Hosseini, E. S., Dervin, S., Ganguly, P., & Dahiya, R. (2020). Biodegradable materials for sustainable health monitoring devices. ACS Applied Bio Materials, 4(1), 163-194.
Vieira, D., McEachern, F., Filippelli, R., Dimentberg, E., Harvey, E. J., & Merle, G. (2020). Microelectrochemical smart needle for real time minimally invasive oximetry. Biosensors, 10(11), 157.
Vishnu, S., Ramson, S. J., & Jegan, R. (2020, March). Internet of medical things (IoMT)-An overview. In 2020 5th international conference on devices, circuits and systems (ICDCS) (pp. 101-104). IEEE.
Karnadi, J. (2023). HOPE Patient Monitoring – Juan Karnadi. Juan Karnadi. https://www.juan-karnadi.com/hope-patient-monitoring-2/
Kang, M., Park, E., Cho, B. H., & Lee, K. S. (2018). Recent patient health monitoring platforms incorporating internet of things-enabled smart devices. International neurology journal, 22(Suppl 2), S76.
Karnadi, J., Roihan, I., Ekadiyanto, A., & Koestoer, R. A. (2021). Development of a Low-cost Arduino-based Patient Monitoring System for Heartrate, Oxygen Saturation and Body Temperature Parameters. Journal of Applied Science, Engineering and Technology, 1(1), 26-26.
Zheng, T., Chen, Z., Cai, C., Luo, J., & Zhang, X. (2020). V2iFi: In-vehicle vital sign monitoring via compact RF sensing. Proceedings of the ACM on Interactive, Mobile, Wearable and Ubiquitous Technologies, 4(2), 1-27.
Luks, A. M., & Swenson, E. R. (2020). Pulse oximetry for monitoring patients with COVID-19 at home. Potential pitfalls and practical guidance. Annals of the American Thoracic Society, 17(9), 1040-1046.
Bultas, M. W., & Wehr, A. (2021). What Is “Hot” and What Is Not: Thermometers and Fever Control. NASN School Nurse, 36(2), 110-117.
Fernandes, S. L., Gurupur, V. P., Sunder, N. R., Arunkumar, N., & Kadry, S. (2020). A novel nonintrusive decision support approach for heart rate measurement. Pattern Recognition Letters, 139, 148-156.
Davies, H. J., Williams, I., Peters, N. S., & Mandic, D. P. (2020). In-ear spo2: A tool for wearable, unobtrusive monitoring of core blood oxygen saturation. Sensors, 20(17), 4879.
Grodzinsky, E., & Levander, M. S. (Eds.). (2019). Understanding Fever and Body Temperature: A Cross-disciplinary Approach to Clinical Practice. Springer Nature.
Chaudhuri, T., Zhai, D., Soh, Y. C., Li, H., & Xie, L. (2018). Thermal comfort prediction using normalized skin temperature in a uniform built environment. Energy and Buildings, 159, 426-440.
Ahmed, A., & Khalique, N. (2019). Molecular Basis of Blood Glucose Regulation. Blood Glucose Levels.
Kelly, D. M., & Rothwell, P. M. (2020). Blood pressure and the brain: the neurology of hypertension. Practical neurology, 20(2), 100-108.
Al-Halhouli, A. A., Al-Ghussain, L., El Bouri, S., Liu, H., & Zheng, D. (2019). Fabrication and evaluation of a novel non-invasive stretchable and wearable respiratory rate sensor based on silver nanoparticles using inkjet printing technology. Polymers, 11(9), 1518.
Breinholt, J. P. (2017). Cardiac Disorders. In Cloherty and Stark’s Manual of Neonatal Care (pp. 443-502). Wolters Kluwer.
Wadman, M., et al., A rampage through the body. Science, 2020. 368(6489): p. 356-360.
Hafen, B. B., & Sharma, S. (2018). Oxygen saturation. In: StatPearls. StatPearls Publishing, Treasure Island (FL)
Qadir, I.M. and M. Naeem, Does Normal Blood Oxygen Level Affects Cloth’s Colour Choice. Annals of Clinical Cancer and Therapy Journal, 2019. 1(1): p. 1-3.
Lei, C., Zhong, L., Ling, Y., & Chen, T. (2019). Blood glucose levels are associated with cerebral microbleeds in patients with acute ischaemic stroke. European Neurology, 80(3-4), 187-192.
Brady, K. M., Hudson, A., Hood, R., DeCaria, B., Lewis, C., & Hogue, C. W. (2020). Personalizing the definition of hypotension to protect the brain. Anesthesiology, 132(1), 170-179.
Fuchs, F. D., & Whelton, P. K. (2020). High blood pressure and cardiovascular disease. Hypertension, 75(2), 285-292.
Karnadi, J., Roihan, I., & Koestoer, R. A. (2021, March). Mini patient health monitor with heartrate, oxygen saturation, and body temperature parameter in affordable cost’s development for COVID-19 pretest. In AIP Conference Proceedings (Vol. 2344, No. 1, p. 030001). AIP Publishing LLC.
Kagiyama, N., Hiki, M., Matsue, Y., Dohi, T., Matsuzawa, W., Daida, H., … & Kasai, T. (2021). Validation of telemedicine-based self-assessment of vital signs for patients with COVID-19: a pilot study. Journal of telemedicine and telecare, 1357633X211011825.
Jamil, F., Ahmad, S., Iqbal, N., & Kim, D. H. (2020). Towards a remote monitoring of patient vital signs based on IoT-based blockchain integrity management platforms in smart hospitals. Sensors, 20(8), 2195.
INTEGRATED, M. (2021). MAX30100 pulse oximeter and heart-rate sensor IC for wearable health.
Indonesia, K.K.R., Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2018. 2019, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. p. 53.