Only few do truly perceive the helping, caring and loving heart.
Begitulah pepatah yang ada. Pepatah tadi juga menjadi potret betapa kecilnya pena hati masyarakat kita menyikapi profesi nirlaba, bahkan terkadang menentang keberadaannya. Dan hal ini terjadi pula di belahan dunia lain semesta ini. Nampaknya sungguh sulit membumikan gairah “Helping, Caring and Loving”. Memulainya saja sudah susah. Belum lagi memasuki fase berikutnya. Alih-alih mendapat dukungan, banyak yang justru malah mengecilkan hati kita.
Di komunitas Sedekah Buku Indonesia, kami semua sangat mensyukuri bisa menyalakan kembali semangat gotong-royong dan solidaritas lewat cara serta keunikan kami masing-masing. Perlahan, kami bersama tumbuh, saling melengkapi dalam kepedulian dan empati. Kerap kami menjalani semua itu dalam skema alur yang tak seleras dengan tuntutan sosial kini. Sebab yang kami utamakan ialah keberlanjutan dari komunitas ini, dan juga penerima kebermanfaatannya.
Rugi Itu Persoalan Hati
Selama hampir lima tahun Sedekah Buku Indonesia berjalan, kami menemui beragam karakter yang mempunyai orientasi berbeda. Ada yang masih meminta pamrih dan hanya mementingkan eksistensi diri. Ada pula yang masih belum terpetakan atau terarah jelas. Dan ada yang menunjukkan tekad dan kesungguhan dalam upaya berbagi literasi dengan anak dan remaja Indonesia. Kami pun mencoba menyiasati ragam karakter dan orientasi ini dengan membuat ketetapan bersama. Ketetapan itu berupa sejumlah indikator yang antara lain sebagai berikut: preferensi berkegiatan; life values; dan kepentingan beramal.
Lantas bagaimana kami bisa memelihara jejaring relawan yang sedemikian rupa ini? Kadang ada yang menanyakan hal demikian pada kami. Jadi tiap insan yang tergabung dalam jejaring kami sejatinya terpilih dengan sendirinya oleh semesta. Kami sering menyebut ini dengan istilah seleksi alam. Sehubungan ini, saya ingin memberikan gambaran bagaimana siklus tadi berjalan. Sepanjang tahun 2018, saya mengalami pertentangan nurani yang amat pelik. Antara menonjolkan keunggulan atau menumbuhkan ketulusan. Jalannya pun sangat berliku.
Berulang kali saya mesti melewati ujian demi ujian. Sampai akhirnya saya mencapai titik terendah daya “Helping, Caring and Loving” kala preferensi dan kepentingan beramal saya erubah dari tujuan semula. Hampir saja semesta mengeluarkan saya dari jejaring relawan Sedekah Buku Indonesia lantaran bergantinya orientasi tadi. Sdar akan hal ini, segera saya memulai perjuangan berproses melepaskan self-interest. Dari yang tadinya masih ingin pembuktian terhadap mereka yang menentang, menjadi mawas diri. Prosesnya perlu waktu berbulan-bulan hingga akhirnya saya berhasil menghidupkan kembali energi jiwa “Helping, Caring and Loving”.
Hal serupa kami juga rasakan saat menyeleksi para calon volunteer Chapter JABODETABEK 2019 pada Maret lalu. Sebagian saat kami wawanara ternyata masih belum memiliki visi yang selaras dengan Sedekah Buku Indonesia. Ketidakselarasan itu diantaranya prioritas hidup yang melulu worldly measure (urusan keduniaan), keinginan mengejar kemapanan ataupun memperkaya diri, sebatas menjaga eksistensi, dan lainnya. Intinya merasa rugi kalau tidak mendapat hal-hal demikian dalam berkegiatan bersama kami.
Jadi memang beramal itu bukan soal mendapat pamrih atau semacamnya, melainkan tentang mengolah ketulusan, melatih keproaktifan serta membangun keterlibatan mendalam dalam kebersamaan. Dan sesungguhnya rugi itu jadi persoalan hati kita. Karena amal tak bisa kita ukur menggunakan pendekatan matematika maupun ekonomi. Nilai paling tampak dari kegiatan amal yakni mengangkat kembali konteks melayani sejati:
Bermula, bertumbuh dan berbagi dalam masyarakat.
Kecukupan Pemberian Semesta
Meski begitu, menilik lagi perjalanan bersama Sedekah Buku Indonesia, kami merasa sudah memperoleh kecukupan lebih -bahkan berlimpah. Kecukupan itu sendiri datang lewat tiap kerjasama dengan institusi, tiap kesempatan, tiap pertemuan dengan orang-orang yang memang semesta kirimkan untuk kami. Tak luput pula kehadiran komunitas dan tokoh masyarakat yang mendukung berjalannya gerakan “Berbagi Literasi” ini. Juga peranan para donatur yang telah menunjang keberlangsungan roda kegiatan Sedekah Buku Indonesia, baik dalam aspek ketersediaan maupun penyaluran bahan literasi. Dan segala kecukupan tadi berasal dari pemberian semesta.
CIMB Niaga menjadi institusi yang telah banyak membantu Sedekah Buku Indonesia menjalankan perannya sebagai perantara kebaikan. Sudah terselenggara kolaborasi demi kolaborasi kami bersama CIMB Niaga. Di antaranya melalui Program Sejuta Buku hasil inisiasi CIMB Niaga dimana Sedekah Buku Indonesia diberi amanah menyalurkan 10 ribu buku ke berbagai kabupaten / kota seperti Bulukumba, Maros dan Banjarmasin. Tak sampai disitu saja, pihak CIMB Niaga juga turut andil mendanai pembangunan Rumah Mimpi pertama di Singabarong tahun 2018 kemarin. Alhasil, terjalin sinergi yang positif antara kami dengan pihak CIMB Niaga.
Lalu pengalaman berkesan lainnya kala Sedekah Buku Indonesia terpilih mengisi Festival Relawan yang diadakan oleh IndoRelawan pada Desember 2018 dalam rangka memperingati Bulan Relawan Nasional. Jelas ini berdampak mendatangkan bahan literasi yang melimpah. Seolah bak. gayung bersambut, kami pun kebanjiran menerima buku serta mainan edukatif dari keramaian massa yang turut memeriahkan acara ini.
Berikutnya kolaborasi dengan salah satu sahabat kami, Pretty Christina Juni lalu. Tak banyak persiapan yang kami lakukan memenuhi permintaan penyaluran bahan literasi ke Bengkulu melalui Pretty yang membawanya langsung. Beruntung, kelebihan dari donasi lainnya masih bisa ikut kami salurkan. Dan masih banyak cerita kebaikan lainnya seperti penyaluran bagi komunitas Buku Untuk Papua saat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-73 tahun lalu, aksi volunteer yang rela menyebrang dari Jogja menuju Lombok, dan juga donasi 240 buku dari Kemenpora pada Mei 2019.
Sejatinya karakter “Helping, Caring and Loving” tumbuh dari rasa cukup sanubari kita. Dan rasa cukup ini bukan berasal dari pendapatan, kenyamanan, kemapanan, serta kesemuan belaka lainnya.
Malah rasa cukup tadi terkonversi dengan sendirinya mejadi rasa bahagia kala kita memikirkan dan memberi kebahagiaan pada yang lain. Setidaknya itulah yang kami alami sepanjang menjalani kebersamaan dengan Sedekah Buku Indonesia. Hanya perlu mengambil langkah yang lugas saja.
Tagline Berbagi Jendela Mimpi
Benar! Tinggalkanlah segala urusan keduniaan yang ada. Jauhi pertemanan yang tak sehat. Pertemanan tidak sehat ini selain salah pergaulan juga menyangkut orientasi hidup cara berpikir yang melulu mengagungkan worldly pleasure and measure semata. Berusahalah pula mencari lingkungan maupun komunitas yang kondusif dan utamanya selaras dengan visi (kebaikan) Anda. Lingkaran pertemanan serta komunitas sangatlah penting.
Because right circle is the one that helping and enabling us to live in right attitude both morally and spiritually.
Jadi mulailah melepaskan diri dari urusan keduniaan. Sebab ada hal lebih penting lagi yang mesti kita capai, yaitu kemashalatan bersama. Percayalah semesta selalu memikirkan kita dan kelak memberi kita semua kecukupan bila kita mengurusinya dan seluruh kehidupan di dalamnya. Inilah inti spirit “Helping, Caring and Loving” sejatinya.
Ceriakan Sanubari
The highest gain of doing meaningful work does truly come while having peaceful yet happy mind.
Nyata hal demikian jadi sumber kekuatan dalam setiap pekerjaan amal yang para personel Sedekah Buku Indonesia lakukan. Lantas tak perlu melayani perkara yang cuma buang waktu dan merugikan diri. Apalagi sampai terlampau sibuk mengurusi hidup orang lain. Di Sedekah Buku Indonesia sendiri, kami menyiasatinya dengan membangun mekanisme keterlibatan intensif volunteer-volunteer Sedekah Buku Indonesia yang ada. Caranya yakni mengajak mereka ikut serta mengisi tiap aktivitas yang Sedekah Buku adakan seperti pemilahan bahan literasi dan gathering bersama elemen masyarakat maupun komunitas.
Bersedekah Helping, Caring and Loving
Kata Ben Okri, “To poison a nation, poison its stories.” Ini amat berhubungan erat dengan cerita dunia pendidikan kita. Bagaimana cerita-cerita tadi bisa begitu memengaruhi kemajuan bangsa? Banyak cerita tidak menyenangkan dari dunia Pendidikan kita sendiri, diantaranya masalah kekerasan, keterbatasan akses dan arogansi. Padahal ada pula outcome yang membanggakan. Sayangnya media lebih gemar mengangkat yang negative tadi. Hal serupa pun timbul pada beragam bidang keilmuan juga sektor kehidupan. Ini soal wawasan kontekstual. Harus diakui, banyak yang belum memahami wawasan secara kontekstual sebagai fase mengolah akal, raga, rasa dan diri menjadi lebih baik dari hari kemarin. Demikian skema efek tular lewat narasi yang bangsa kita bangun sendiri.
Donasi
Sedekah Buku Indonesia senantiasa membukakan jalan membangun rasa kebersamaan sambal menularkan esensi “Helping, Caring and Loving”. Efek tularnya berlangsung dengan mengajak mereka berproses memaknai visi kerelawanan yang benar. Dari sinilah muncul banyak cerita serta interaksi yang menceriakan sanubari. Pola pikir inilah yang kami yakini bersama. Sebab sanubari yang ceria memungkinkan kita menyalurkan emosi yang ada secara positif. Energi tadi nantinya jadi penggerak inti karakter “Helping, Caring and Loving” yang merupakan ciri khas sekaligus indikator sentral bagi Sedekah Buku sendiri.
Sudah selayaknya kualitas waktu kita isi dengan kesibukan bermakna.
Maka belajar mengurangi pikiran serta kegelisahan tiada guna amatlah penting. Terlebih mengalahkan ego diri, merubah preferensi berkegiatan yang tadinya melulu orientasi diri menjadi mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong royong. Di situlah letak keberhasilan sesungguhnya mengartikan kerelawanan. Bukankah semesta telah mengajarkan kita agar tak hanya melulu meminta?
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara terbaik kembali mengingat segala proses, setiap langkah, dan semua tahapan beramal. Berlapang dada menerima keadaan yang tengah dialami apa adanya, namun tetap bisa berbagi dan menyatu dalam keceriaan. Demikianlah dinamika “Helping, Caring and Loving” yang terbangun dari kesadaran kolektif segenap volunteer Sedekah Buku Indonesia sehingga mampu menggerakkan banyak khalayak. Melaju saja dan yakini cara kita jalani kehidupan ini.
Gainful Happiness
Perjalanan Sedekah Buku Indonesia sesungguhnya merupaan serangkaian proses transformasi diri kami bersama.
Seraya mengasah kepekaan dan empati sosial, transformasi diri ini pun makin meninggikuatkan sense of universal love sebagai haluan pengamalan kami. Sense of universal love telah mendorong Sedekah Buku terus mengolah semangat pelayanan serta rasa kerelawanan hari demi hari.
End of Confusion
Sense of universal love inilah yang mengisi, mewarnai tiap tahapan proses Sedekah Buku dalam menyebarluaskan visi “Berbagi Literasi”. Dan intisari dari pengamalan “Helping, Caring and Loving” sendiri adalah konsistensi kita dalam menyalurkan energi pada hal-hal yang paling membahagiakan hidup juga seisi semesta. Inilah filosofi gainful happiness yang jadi landasan fundamental Sedekah Buku mengamalkan kebaikan. Malah kami ingin menggalakkannya dalam rangka membangun kesadaran akan makna dan daya juang kerelawanan luhur.
Kelak kami hendak menyusun alur gainful happiness tadi, lalu menjadikannya ketetapan mekanisme pengelolaan jejaring relawan mendatang. Gambaran alurnya mencakup beberapa tahapan. Pertama-tama membebaskan keterikatan pikiran agar tak melekat pada urusan keberlimpahan dunia. Langkah selanjutnya yakni mendorong keproaktifan memanfaatkan jejaring relawan yang ada dalam roda kegiatan Sedekah Buku Indonesia, utamanya penerimaan donasi dan penyaluran bahan literasi. Tahapan tertingginya mengharuskan adanya pengisian peranan pada beragam aspek: pelaksanaan lapangan (operasional dan kegiatan), pendanaan, pembuatan konten, networking, dan sejenisnya.
Terlebih gagasan gainful happiness ini bisa membawa kebermanfaatan sosial meluas -baik lingkup regional, provinsi maupun nasional. Hal demikian memungkinkan lantaran substansinya sangatlah gamblang: mengangkat kolektivitas pemberdayaan literasi dari seluruh elemen masyarakat serta komunitas. Memang tantangannya tidaklah mudah, tapi harus kita lakukan bersama demi mengangkat lebih banyak cerita positif segenap bangsa.
Dukungan Semesta
The attitude of heart does matter enormously.
Seringkali kita melewatkan cara berproses mengolah hati nurani. Dari memahami makna pengorbanan hingga kesungguhan berkomitmen dan berlatih mengamalkan ketulusan serta mengalami langsung citra persaudaraan yang terpanca dari warga lokal. Dan prosesnya sendiri memerlukan keproaktifan seluruh panca indra kita. Tidak sebentar, dan bukan cuma satu dua tahun. Perlu kegigihan lebih membumikan daya juang mengolah hati nurani.
Kebohongan
Tanpa terasa, berdatanganlah kebaikan demi kebaikan yang mewarnai, mengisi kiprah “Helping, Caring and Loving” komunitas Sedekah Buku Indonesia. Dan semua ini tidak terlepas dari dukungan semesta. Sebagian kisahnya telah Anda baca dalam buku ini. Sedemikian rupanya gambaran cara semesta bekerja untuk kita. Intinya membangun dan mengarahkan aspirasi kita pada kebaikan. Percayalah bahwa aspirasi yang kaya akan makna amal mendatangkan pula dukungan semesta yang melimpah.
No need to prove ourselves and our work.
Tak perlu memberi penjelasan diri dan karya kita. Dan tak perlu berlarut dalam ilusi keinginan akan kesempurnaan hidup dan pengakuan dari yang lain. Karakter tidak sehat inilah yang perlu kita terus gerus. Di Sedekah Buku Indonesia, kami juga memberlakukan hal yang sama. Fenomena kehidupan yang dinamis memang selalu jadi pembelajaran yang menuntut kita semua agar menjauhkan diri dari sifat prasangka dan bias yang bisa membuat diri kita terbuai dalam kebohongan belaka.
Karena kebohongan tidak hanya membuat kita kehilangan diri. Kebohongan juga membuat kita kehilangan kepercayaan sekaligus mereka yang bisa membantu kita.
Harus diakui, yang membuat kiprah dan keteladanan Sedekah Buku bisa berlanjut sampai hari ini tidak lain adalah DUKUNGAN SEMESTA. Kiprah tadi membawa kami menghasilkan suatu karya bermakna, yakni memungkinkan anak dan remaja Indonesia meraih edukasi gainful nan berkualitas. Keteladanan inilah yang kami tularkan pada sebangsa. Bila memungkinkan sampai masyarakat kita membuat penggiatan literasi di daerahnya sendiri.
Perjalanan masih panjang. Bagi kami, ujian senyatanya adalah saat dimana mekanisme pengamalan tiap ide yang digagas Sedekah Buku Indonesia mampu kami jadikan langkah nyata bahwa Sedekah Buku bisa menjaga konsistensi dalam berbuat kebaikan. Hal demikian semakin mendorong Sedekah Buku menyebarkan kisah “Helping, Caring and Loving” lewat gerakan “Berbagi Literasi” sambil membayangkan senyum lepas terpancar dari anak-anak penerima kebermanfaatan.
Selaras Visinya
Makin kerap (dukungan) semesta turut andil mendatangkan pertolongan, mempertemukan komunitas ataupun institusi yang selaras dengan visi Sedekah Buku.
Makin kerap (dukungan) semesta turut andil mendatangkan pertolongan, mempertemukan komunitas ataupun institusi yang selaras dengan visi Sedekah Buku. Di antaranya adalah Laskar Baca Lombok dimana kami sering menyalurkan bahan literasi ke sana. Sebuah kelegaan lantaran penanggung jawab disana merupakan pengurus desa yang memang memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Juga Rumah Mimpi Singabarong yang penanggung jawabnya berprofesi sebagai guru sekolah dasar.
Kelak amal “Helping, Caring and Loving” serupa makin terus meluas bukan hanya di seantero Nusantara, melainkan sampai pula ke belahan dunia lainnya. Dan kami percaya bahwa para volunteer dapat menggeser prioritas yang awalnya melulu orientasi diri menjadi energi solidaritas untuk masyarakat Indonesia. No need to seek for any grant. Perlahan, kiprah dan keteladanan “Helping, Caring and Loving” Sedekah Buku membentuk kearifan lokal yang merupakan sari pati Pancasila: gotong royong. Kerinduan dan juga cita-cita Sedekah Buku Indonesia di masa mendatang. Saatnya turut mengamalkan kebaikan dan kemanusiaan bersama Sedekah Buku Indonesia.
Juan Karnadi Volunteer JABODETABEK Sedekah Buku Indonesia
VERSI E-BOOK DAPAT ANDA LIHAT DISINI
Only few do truly perceive the helping, caring and loving heart.
Begitulah pepatah yang ada. Pepatah tadi juga menjadi potret betapa kecilnya pena hati masyarakat kita menyikapi profesi nirlaba, bahkan terkadang menentang keberadaannya. Dan hal ini terjadi pula di belahan dunia lain semesta ini. Nampaknya sungguh sulit membumikan gairah “Helping, Caring and Loving”. Memulainya saja sudah susah. Belum lagi memasuki fase berikutnya. Alih-alih mendapat dukungan, banyak yang justru malah mengecilkan hati kita.
Di komunitas Sedekah Buku Indonesia, kami semua sangat mensyukuri bisa menyalakan kembali semangat gotong-royong dan solidaritas lewat cara serta keunikan kami masing-masing. Perlahan, kami bersama tumbuh, saling melengkapi dalam kepedulian dan empati. Kerap kami menjalani semua itu dalam skema alur yang tak seleras dengan tuntutan sosial kini. Sebab yang kami utamakan ialah keberlanjutan dari komunitas ini, dan juga penerima kebermanfaatannya.
Kecukupan Pemberian Semesta
Meski begitu, menilik lagi perjalanan bersama Sedekah Buku Indonesia, kami merasa sudah memperoleh kecukupan lebih -bahkan berlimpah. Kecukupan itu sendiri datang lewat tiap kerjasama dengan institusi, tiap kesempatan, tiap pertemuan dengan orang-orang yang memang semesta kirimkan untuk kami. Tak luput pula kehadiran komunitas dan tokoh masyarakat yang mendukung berjalannya gerakan “Berbagi Literasi” ini. Juga peranan para donatur yang telah menunjang keberlangsungan roda kegiatan Sedekah Buku Indonesia, baik dalam aspek ketersediaan maupun penyaluran bahan literasi. Dan segala kecukupan tadi berasal dari pemberian semesta.
CIMB Niaga menjadi institusi yang telah banyak membantu Sedekah Buku Indonesia menjalankan perannya sebagai perantara kebaikan. Sudah terselenggara kolaborasi demi kolaborasi kami bersama CIMB Niaga. Di antaranya melalui Program Sejuta Buku hasil inisiasi CIMB Niaga dimana Sedekah Buku Indonesia diberi amanah menyalurkan 10 ribu buku ke berbagai kabupaten / kota seperti Bulukumba, Maros dan Banjarmasin. Tak sampai disitu saja, pihak CIMB Niaga juga turut andil mendanai pembangunan Rumah Mimpi pertama di Singabarong tahun 2018 kemarin. Alhasil, terjalin sinergi yang positif antara kami dengan pihak CIMB Niaga.
Lalu pengalaman berkesan lainnya kala Sedekah Buku Indonesia terpilih mengisi Festival Relawan yang diadakan oleh IndoRelawan pada Desember 2018 dalam rangka memperingati Bulan Relawan Nasional. Jelas ini berdampak mendatangkan bahan literasi yang melimpah. Seolah bak. gayung bersambut, kami pun kebanjiran menerima buku serta mainan edukatif dari keramaian massa yang turut memeriahkan acara ini.
Berikutnya kolaborasi dengan salah satu sahabat kami, Pretty Christina Juni lalu. Tak banyak persiapan yang kami lakukan memenuhi permintaan penyaluran bahan literasi ke Bengkulu melalui Pretty yang membawanya langsung. Beruntung, kelebihan dari donasi lainnya masih bisa ikut kami salurkan. Dan masih banyak cerita kebaikan lainnya seperti penyaluran bagi komunitas Buku Untuk Papua saat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-73 tahun lalu, aksi volunteer yang rela menyebrang dari Jogja menuju Lombok, dan juga donasi 240 buku dari Kemenpora pada Mei 2019.
Sejatinya karakter “Helping, Caring and Loving” tumbuh dari rasa cukup sanubari kita. Dan rasa cukup ini bukan berasal dari pendapatan, kenyamanan, kemapanan, serta kesemuan belaka lainnya.
Malah rasa cukup tadi terkonversi dengan sendirinya mejadi rasa bahagia kala kita memikirkan dan memberi kebahagiaan pada yang lain. Setidaknya itulah yang kami alami sepanjang menjalani kebersamaan dengan Sedekah Buku Indonesia. Hanya perlu mengambil langkah yang lugas saja.
Tagline Berbagi Jendela Mimpi
Benar! Tinggalkanlah segala urusan keduniaan yang ada. Jauhi pertemanan yang tak sehat. Pertemanan tidak sehat ini selain salah pergaulan juga menyangkut orientasi hidup cara berpikir yang melulu mengagungkan worldly pleasure and measure semata. Berusahalah pula mencari lingkungan maupun komunitas yang kondusif dan utamanya selaras dengan visi (kebaikan) Anda. Lingkaran pertemanan serta komunitas sangatlah penting.
Because right circle is the one that helping and enabling us to live in right attitude both morally and spiritually.
Jadi mulailah melepaskan diri dari urusan keduniaan. Sebab ada hal lebih penting lagi yang mesti kita capai, yaitu kemashalatan bersama. Percayalah semesta selalu memikirkan kita dan kelak memberi kita semua kecukupan bila kita mengurusinya dan seluruh kehidupan di dalamnya. Inilah inti spirit “Helping, Caring and Loving” sejatinya.
Ceriakan Sanubari
The highest gain of doing meaningful work does truly come while having peaceful yet happy mind.
Nyata hal demikian jadi sumber kekuatan dalam setiap pekerjaan amal yang para personel Sedekah Buku Indonesia lakukan. Lantas tak perlu melayani perkara yang cuma buang waktu dan merugikan diri. Apalagi sampai terlampau sibuk mengurusi hidup orang lain. Di Sedekah Buku Indonesia sendiri, kami menyiasatinya dengan membangun mekanisme keterlibatan intensif volunteer-volunteer Sedekah Buku Indonesia yang ada. Caranya yakni mengajak mereka ikut serta mengisi tiap aktivitas yang Sedekah Buku adakan seperti pemilahan bahan literasi dan gathering bersama elemen masyarakat maupun komunitas.
Bersedekah Helping, Caring and Loving
Kata Ben Okri, “To poison a nation, poison its stories.” Ini amat berhubungan erat dengan cerita dunia pendidikan kita. Bagaimana cerita-cerita tadi bisa begitu memengaruhi kemajuan bangsa? Banyak cerita tidak menyenangkan dari dunia Pendidikan kita sendiri, diantaranya masalah kekerasan, keterbatasan akses dan arogansi. Padahal ada pula outcome yang membanggakan. Sayangnya media lebih gemar mengangkat yang negative tadi. Hal serupa pun timbul pada beragam bidang keilmuan juga sektor kehidupan. Ini soal wawasan kontekstual. Harus diakui, banyak yang belum memahami wawasan secara kontekstual sebagai fase mengolah akal, raga, rasa dan diri menjadi lebih baik dari hari kemarin. Demikian skema efek tular lewat narasi yang bangsa kita bangun sendiri.
Donasi
Sedekah Buku Indonesia senantiasa membukakan jalan membangun rasa kebersamaan sambal menularkan esensi “Helping, Caring and Loving”. Efek tularnya berlangsung dengan mengajak mereka berproses memaknai visi kerelawanan yang benar. Dari sinilah muncul banyak cerita serta interaksi yang menceriakan sanubari. Pola pikir inilah yang kami yakini bersama. Sebab sanubari yang ceria memungkinkan kita menyalurkan emosi yang ada secara positif. Energi tadi nantinya jadi penggerak inti karakter “Helping, Caring and Loving” yang merupakan ciri khas sekaligus indikator sentral bagi Sedekah Buku sendiri.
Sudah selayaknya kualitas waktu kita isi dengan kesibukan bermakna.
Maka belajar mengurangi pikiran serta kegelisahan tiada guna amatlah penting. Terlebih mengalahkan ego diri, merubah preferensi berkegiatan yang tadinya melulu orientasi diri menjadi mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong royong. Di situlah letak keberhasilan sesungguhnya mengartikan kerelawanan. Bukankah semesta telah mengajarkan kita agar tak hanya melulu meminta?
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara terbaik kembali mengingat segala proses, setiap langkah, dan semua tahapan beramal. Berlapang dada menerima keadaan yang tengah dialami apa adanya, namun tetap bisa berbagi dan menyatu dalam keceriaan. Demikianlah dinamika “Helping, Caring and Loving” yang terbangun dari kesadaran kolektif segenap volunteer Sedekah Buku Indonesia sehingga mampu menggerakkan banyak khalayak. Melaju saja dan yakini cara kita jalani kehidupan ini.
Juan Karnadi Volunteer JABODETABEK Sedekah Buku Indonesia
Only few do truly perceive the helping, caring and loving heart.
Begitulah pepatah yang ada. Pepatah tadi juga menjadi potret betapa kecilnya pena hati masyarakat kita menyikapi profesi nirlaba, bahkan terkadang menentang keberadaannya. Dan hal ini terjadi pula di belahan dunia lain semesta ini. Nampaknya sungguh sulit membumikan gairah “Helping, Caring and Loving”. Memulainya saja sudah susah. Belum lagi memasuki fase berikutnya. Alih-alih mendapat dukungan, banyak yang justru malah mengecilkan hati kita.
Di komunitas Sedekah Buku Indonesia, kami semua sangat mensyukuri bisa menyalakan kembali semangat gotong-royong dan solidaritas lewat cara serta keunikan kami masing-masing. Perlahan, kami bersama tumbuh, saling melengkapi dalam kepedulian dan empati. Kerap kami menjalani semua itu dalam skema alur yang tak seleras dengan tuntutan sosial kini. Sebab yang kami utamakan ialah keberlanjutan dari komunitas ini, dan juga penerima kebermanfaatannya.
Kecukupan Pemberian Semesta
Meski begitu, menilik lagi perjalanan bersama Sedekah Buku Indonesia, kami merasa sudah memperoleh kecukupan lebih -bahkan berlimpah. Kecukupan itu sendiri datang lewat tiap kerjasama dengan institusi, tiap kesempatan, tiap pertemuan dengan orang-orang yang memang semesta kirimkan untuk kami. Tak luput pula kehadiran komunitas dan tokoh masyarakat yang mendukung berjalannya gerakan “Berbagi Literasi” ini. Juga peranan para donatur yang telah menunjang keberlangsungan roda kegiatan Sedekah Buku Indonesia, baik dalam aspek ketersediaan maupun penyaluran bahan literasi. Dan segala kecukupan tadi berasal dari pemberian semesta.
CIMB Niaga menjadi institusi yang telah banyak membantu Sedekah Buku Indonesia menjalankan perannya sebagai perantara kebaikan. Sudah terselenggara kolaborasi demi kolaborasi kami bersama CIMB Niaga. Di antaranya melalui Program Sejuta Buku hasil inisiasi CIMB Niaga dimana Sedekah Buku Indonesia diberi amanah menyalurkan 10 ribu buku ke berbagai kabupaten / kota seperti Bulukumba, Maros dan Banjarmasin. Tak sampai disitu saja, pihak CIMB Niaga juga turut andil mendanai pembangunan Rumah Mimpi pertama di Singabarong tahun 2018 kemarin. Alhasil, terjalin sinergi yang positif antara kami dengan pihak CIMB Niaga.
Lalu pengalaman berkesan lainnya kala Sedekah Buku Indonesia terpilih mengisi Festival Relawan yang diadakan oleh IndoRelawan pada Desember 2018 dalam rangka memperingati Bulan Relawan Nasional. Jelas ini berdampak mendatangkan bahan literasi yang melimpah. Seolah bak. gayung bersambut, kami pun kebanjiran menerima buku serta mainan edukatif dari keramaian massa yang turut memeriahkan acara ini.
Berikutnya kolaborasi dengan salah satu sahabat kami, Pretty Christina Juni lalu. Tak banyak persiapan yang kami lakukan memenuhi permintaan penyaluran bahan literasi ke Bengkulu melalui Pretty yang membawanya langsung. Beruntung, kelebihan dari donasi lainnya masih bisa ikut kami salurkan. Dan masih banyak cerita kebaikan lainnya seperti penyaluran bagi komunitas Buku Untuk Papua saat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-73 tahun lalu, aksi volunteer yang rela menyebrang dari Jogja menuju Lombok, dan juga donasi 240 buku dari Kemenpora pada Mei 2019.
Sejatinya karakter “Helping, Caring and Loving” tumbuh dari rasa cukup sanubari kita. Dan rasa cukup ini bukan berasal dari pendapatan, kenyamanan, kemapanan, serta kesemuan belaka lainnya.
Malah rasa cukup tadi terkonversi dengan sendirinya mejadi rasa bahagia kala kita memikirkan dan memberi kebahagiaan pada yang lain. Setidaknya itulah yang kami alami sepanjang menjalani kebersamaan dengan Sedekah Buku Indonesia. Hanya perlu mengambil langkah yang lugas saja.
Tagline Berbagi Jendela Mimpi
Benar! Tinggalkanlah segala urusan keduniaan yang ada. Jauhi pertemanan yang tak sehat. Pertemanan tidak sehat ini selain salah pergaulan juga menyangkut orientasi hidup cara berpikir yang melulu mengagungkan worldly pleasure and measure semata. Berusahalah pula mencari lingkungan maupun komunitas yang kondusif dan utamanya selaras dengan visi (kebaikan) Anda. Lingkaran pertemanan serta komunitas sangatlah penting.
Because right circle is the one that helping and enabling us to live in right attitude both morally and spiritually.
Jadi mulailah melepaskan diri dari urusan keduniaan. Sebab ada hal lebih penting lagi yang mesti kita capai, yaitu kemashalatan bersama. Percayalah semesta selalu memikirkan kita dan kelak memberi kita semua kecukupan bila kita mengurusinya dan seluruh kehidupan di dalamnya. Inilah inti spirit “Helping, Caring and Loving” sejatinya.
Ceriakan Sanubari
The highest gain of doing meaningful work does truly come while having peaceful yet happy mind.
Nyata hal demikian jadi sumber kekuatan dalam setiap pekerjaan amal yang para personel Sedekah Buku Indonesia lakukan. Lantas tak perlu melayani perkara yang cuma buang waktu dan merugikan diri. Apalagi sampai terlampau sibuk mengurusi hidup orang lain. Di Sedekah Buku Indonesia sendiri, kami menyiasatinya dengan membangun mekanisme keterlibatan intensif volunteer-volunteer Sedekah Buku Indonesia yang ada. Caranya yakni mengajak mereka ikut serta mengisi tiap aktivitas yang Sedekah Buku adakan seperti pemilahan bahan literasi dan gathering bersama elemen masyarakat maupun komunitas.
Bersedekah Helping, Caring and Loving
Kata Ben Okri, “To poison a nation, poison its stories.” Ini amat berhubungan erat dengan cerita dunia pendidikan kita. Bagaimana cerita-cerita tadi bisa begitu memengaruhi kemajuan bangsa? Banyak cerita tidak menyenangkan dari dunia Pendidikan kita sendiri, diantaranya masalah kekerasan, keterbatasan akses dan arogansi. Padahal ada pula outcome yang membanggakan. Sayangnya media lebih gemar mengangkat yang negative tadi. Hal serupa pun timbul pada beragam bidang keilmuan juga sektor kehidupan. Ini soal wawasan kontekstual. Harus diakui, banyak yang belum memahami wawasan secara kontekstual sebagai fase mengolah akal, raga, rasa dan diri menjadi lebih baik dari hari kemarin. Demikian skema efek tular lewat narasi yang bangsa kita bangun sendiri.
Donasi
Sedekah Buku Indonesia senantiasa membukakan jalan membangun rasa kebersamaan sambal menularkan esensi “Helping, Caring and Loving”. Efek tularnya berlangsung dengan mengajak mereka berproses memaknai visi kerelawanan yang benar. Dari sinilah muncul banyak cerita serta interaksi yang menceriakan sanubari. Pola pikir inilah yang kami yakini bersama. Sebab sanubari yang ceria memungkinkan kita menyalurkan emosi yang ada secara positif. Energi tadi nantinya jadi penggerak inti karakter “Helping, Caring and Loving” yang merupakan ciri khas sekaligus indikator sentral bagi Sedekah Buku sendiri.
Sudah selayaknya kualitas waktu kita isi dengan kesibukan bermakna.
Maka belajar mengurangi pikiran serta kegelisahan tiada guna amatlah penting. Terlebih mengalahkan ego diri, merubah preferensi berkegiatan yang tadinya melulu orientasi diri menjadi mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong royong. Di situlah letak keberhasilan sesungguhnya mengartikan kerelawanan. Bukankah semesta telah mengajarkan kita agar tak hanya melulu meminta?
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara terbaik kembali mengingat segala proses, setiap langkah, dan semua tahapan beramal. Berlapang dada menerima keadaan yang tengah dialami apa adanya, namun tetap bisa berbagi dan menyatu dalam keceriaan. Demikianlah dinamika “Helping, Caring and Loving” yang terbangun dari kesadaran kolektif segenap volunteer Sedekah Buku Indonesia sehingga mampu menggerakkan banyak khalayak. Melaju saja dan yakini cara kita jalani kehidupan ini.
Juan Karnadi Volunteer JABODETABEK Sedekah Buku Indonesia
Only few do truly perceive the helping, caring and loving heart.
Begitulah pepatah yang ada. Pepatah tadi juga menjadi potret betapa kecilnya pena hati masyarakat kita menyikapi profesi nirlaba, bahkan terkadang menentang keberadaannya. Dan hal ini terjadi pula di belahan dunia lain semesta ini. Nampaknya sungguh sulit membumikan gairah “Helping, Caring and Loving”. Memulainya saja sudah susah. Belum lagi memasuki fase berikutnya. Alih-alih mendapat dukungan, banyak yang justru malah mengecilkan hati kita.
Di komunitas Sedekah Buku Indonesia, kami semua sangat mensyukuri bisa menyalakan kembali semangat gotong-royong dan solidaritas lewat cara serta keunikan kami masing-masing. Perlahan, kami bersama tumbuh, saling melengkapi dalam kepedulian dan empati. Kerap kami menjalani semua itu dalam skema alur yang tak seleras dengan tuntutan sosial kini. Sebab yang kami utamakan ialah keberlanjutan dari komunitas ini, dan juga penerima kebermanfaatannya.
Kecukupan Pemberian Semesta
Meski begitu, menilik lagi perjalanan bersama Sedekah Buku Indonesia, kami merasa sudah memperoleh kecukupan lebih -bahkan berlimpah. Kecukupan itu sendiri datang lewat tiap kerjasama dengan institusi, tiap kesempatan, tiap pertemuan dengan orang-orang yang memang semesta kirimkan untuk kami. Tak luput pula kehadiran komunitas dan tokoh masyarakat yang mendukung berjalannya gerakan “Berbagi Literasi” ini. Juga peranan para donatur yang telah menunjang keberlangsungan roda kegiatan Sedekah Buku Indonesia, baik dalam aspek ketersediaan maupun penyaluran bahan literasi. Dan segala kecukupan tadi berasal dari pemberian semesta.
CIMB Niaga menjadi institusi yang telah banyak membantu Sedekah Buku Indonesia menjalankan perannya sebagai perantara kebaikan. Sudah terselenggara kolaborasi demi kolaborasi kami bersama CIMB Niaga. Di antaranya melalui Program Sejuta Buku hasil inisiasi CIMB Niaga dimana Sedekah Buku Indonesia diberi amanah menyalurkan 10 ribu buku ke berbagai kabupaten / kota seperti Bulukumba, Maros dan Banjarmasin. Tak sampai disitu saja, pihak CIMB Niaga juga turut andil mendanai pembangunan Rumah Mimpi pertama di Singabarong tahun 2018 kemarin. Alhasil, terjalin sinergi yang positif antara kami dengan pihak CIMB Niaga.
Lalu pengalaman berkesan lainnya kala Sedekah Buku Indonesia terpilih mengisi Festival Relawan yang diadakan oleh IndoRelawan pada Desember 2018 dalam rangka memperingati Bulan Relawan Nasional. Jelas ini berdampak mendatangkan bahan literasi yang melimpah. Seolah bak. gayung bersambut, kami pun kebanjiran menerima buku serta mainan edukatif dari keramaian massa yang turut memeriahkan acara ini.
Berikutnya kolaborasi dengan salah satu sahabat kami, Pretty Christina Juni lalu. Tak banyak persiapan yang kami lakukan memenuhi permintaan penyaluran bahan literasi ke Bengkulu melalui Pretty yang membawanya langsung. Beruntung, kelebihan dari donasi lainnya masih bisa ikut kami salurkan. Dan masih banyak cerita kebaikan lainnya seperti penyaluran bagi komunitas Buku Untuk Papua saat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-73 tahun lalu, aksi volunteer yang rela menyebrang dari Jogja menuju Lombok, dan juga donasi 240 buku dari Kemenpora pada Mei 2019.
Sejatinya karakter “Helping, Caring and Loving” tumbuh dari rasa cukup sanubari kita. Dan rasa cukup ini bukan berasal dari pendapatan, kenyamanan, kemapanan, serta kesemuan belaka lainnya.
Malah rasa cukup tadi terkonversi dengan sendirinya mejadi rasa bahagia kala kita memikirkan dan memberi kebahagiaan pada yang lain. Setidaknya itulah yang kami alami sepanjang menjalani kebersamaan dengan Sedekah Buku Indonesia. Hanya perlu mengambil langkah yang lugas saja.
Tagline Berbagi Jendela Mimpi
Benar! Tinggalkanlah segala urusan keduniaan yang ada. Jauhi pertemanan yang tak sehat. Pertemanan tidak sehat ini selain salah pergaulan juga menyangkut orientasi hidup cara berpikir yang melulu mengagungkan worldly pleasure and measure semata. Berusahalah pula mencari lingkungan maupun komunitas yang kondusif dan utamanya selaras dengan visi (kebaikan) Anda. Lingkaran pertemanan serta komunitas sangatlah penting.
Because right circle is the one that helping and enabling us to live in right attitude both morally and spiritually.
Jadi mulailah melepaskan diri dari urusan keduniaan. Sebab ada hal lebih penting lagi yang mesti kita capai, yaitu kemashalatan bersama. Percayalah semesta selalu memikirkan kita dan kelak memberi kita semua kecukupan bila kita mengurusinya dan seluruh kehidupan di dalamnya. Inilah inti spirit “Helping, Caring and Loving” sejatinya.
Ceriakan Sanubari
The highest gain of doing meaningful work does truly come while having peaceful yet happy mind.
Nyata hal demikian jadi sumber kekuatan dalam setiap pekerjaan amal yang para personel Sedekah Buku Indonesia lakukan. Lantas tak perlu melayani perkara yang cuma buang waktu dan merugikan diri. Apalagi sampai terlampau sibuk mengurusi hidup orang lain. Di Sedekah Buku Indonesia sendiri, kami menyiasatinya dengan membangun mekanisme keterlibatan intensif volunteer-volunteer Sedekah Buku Indonesia yang ada. Caranya yakni mengajak mereka ikut serta mengisi tiap aktivitas yang Sedekah Buku adakan seperti pemilahan bahan literasi dan gathering bersama elemen masyarakat maupun komunitas.
Bersedekah Helping, Caring and Loving
Kata Ben Okri, “To poison a nation, poison its stories.” Ini amat berhubungan erat dengan cerita dunia pendidikan kita. Bagaimana cerita-cerita tadi bisa begitu memengaruhi kemajuan bangsa? Banyak cerita tidak menyenangkan dari dunia Pendidikan kita sendiri, diantaranya masalah kekerasan, keterbatasan akses dan arogansi. Padahal ada pula outcome yang membanggakan. Sayangnya media lebih gemar mengangkat yang negative tadi. Hal serupa pun timbul pada beragam bidang keilmuan juga sektor kehidupan. Ini soal wawasan kontekstual. Harus diakui, banyak yang belum memahami wawasan secara kontekstual sebagai fase mengolah akal, raga, rasa dan diri menjadi lebih baik dari hari kemarin. Demikian skema efek tular lewat narasi yang bangsa kita bangun sendiri.
Donasi
Sedekah Buku Indonesia senantiasa membukakan jalan membangun rasa kebersamaan sambal menularkan esensi “Helping, Caring and Loving”. Efek tularnya berlangsung dengan mengajak mereka berproses memaknai visi kerelawanan yang benar. Dari sinilah muncul banyak cerita serta interaksi yang menceriakan sanubari. Pola pikir inilah yang kami yakini bersama. Sebab sanubari yang ceria memungkinkan kita menyalurkan emosi yang ada secara positif. Energi tadi nantinya jadi penggerak inti karakter “Helping, Caring and Loving” yang merupakan ciri khas sekaligus indikator sentral bagi Sedekah Buku sendiri.
Sudah selayaknya kualitas waktu kita isi dengan kesibukan bermakna.
Maka belajar mengurangi pikiran serta kegelisahan tiada guna amatlah penting. Terlebih mengalahkan ego diri, merubah preferensi berkegiatan yang tadinya melulu orientasi diri menjadi mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong royong. Di situlah letak keberhasilan sesungguhnya mengartikan kerelawanan. Bukankah semesta telah mengajarkan kita agar tak hanya melulu meminta?
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara terbaik kembali mengingat segala proses, setiap langkah, dan semua tahapan beramal. Berlapang dada menerima keadaan yang tengah dialami apa adanya, namun tetap bisa berbagi dan menyatu dalam keceriaan. Demikianlah dinamika “Helping, Caring and Loving” yang terbangun dari kesadaran kolektif segenap volunteer Sedekah Buku Indonesia sehingga mampu menggerakkan banyak khalayak. Melaju saja dan yakini cara kita jalani kehidupan ini.
Juan Karnadi Volunteer JABODETABEK Sedekah Buku Indonesia
Only few do truly perceive the helping, caring and loving heart.
Begitulah pepatah yang ada. Pepatah tadi juga menjadi potret betapa kecilnya pena hati masyarakat kita menyikapi profesi nirlaba, bahkan terkadang menentang keberadaannya. Dan hal ini terjadi pula di belahan dunia lain semesta ini. Nampaknya sungguh sulit membumikan gairah “Helping, Caring and Loving”. Memulainya saja sudah susah. Belum lagi memasuki fase berikutnya. Alih-alih mendapat dukungan, banyak yang justru malah mengecilkan hati kita.
Di komunitas Sedekah Buku Indonesia, kami semua sangat mensyukuri bisa menyalakan kembali semangat gotong-royong dan solidaritas lewat cara serta keunikan kami masing-masing. Perlahan, kami bersama tumbuh, saling melengkapi dalam kepedulian dan empati. Kerap kami menjalani semua itu dalam skema alur yang tak seleras dengan tuntutan sosial kini. Sebab yang kami utamakan ialah keberlanjutan dari komunitas ini, dan juga penerima kebermanfaatannya.
Kecukupan Pemberian Semesta
Meski begitu, menilik lagi perjalanan bersama Sedekah Buku Indonesia, kami merasa sudah memperoleh kecukupan lebih -bahkan berlimpah. Kecukupan itu sendiri datang lewat tiap kerjasama dengan institusi, tiap kesempatan, tiap pertemuan dengan orang-orang yang memang semesta kirimkan untuk kami. Tak luput pula kehadiran komunitas dan tokoh masyarakat yang mendukung berjalannya gerakan “Berbagi Literasi” ini. Juga peranan para donatur yang telah menunjang keberlangsungan roda kegiatan Sedekah Buku Indonesia, baik dalam aspek ketersediaan maupun penyaluran bahan literasi. Dan segala kecukupan tadi berasal dari pemberian semesta.
CIMB Niaga menjadi institusi yang telah banyak membantu Sedekah Buku Indonesia menjalankan perannya sebagai perantara kebaikan. Sudah terselenggara kolaborasi demi kolaborasi kami bersama CIMB Niaga. Di antaranya melalui Program Sejuta Buku hasil inisiasi CIMB Niaga dimana Sedekah Buku Indonesia diberi amanah menyalurkan 10 ribu buku ke berbagai kabupaten / kota seperti Bulukumba, Maros dan Banjarmasin. Tak sampai disitu saja, pihak CIMB Niaga juga turut andil mendanai pembangunan Rumah Mimpi pertama di Singabarong tahun 2018 kemarin. Alhasil, terjalin sinergi yang positif antara kami dengan pihak CIMB Niaga.
Lalu pengalaman berkesan lainnya kala Sedekah Buku Indonesia terpilih mengisi Festival Relawan yang diadakan oleh IndoRelawan pada Desember 2018 dalam rangka memperingati Bulan Relawan Nasional. Jelas ini berdampak mendatangkan bahan literasi yang melimpah. Seolah bak. gayung bersambut, kami pun kebanjiran menerima buku serta mainan edukatif dari keramaian massa yang turut memeriahkan acara ini.
Berikutnya kolaborasi dengan salah satu sahabat kami, Pretty Christina Juni lalu. Tak banyak persiapan yang kami lakukan memenuhi permintaan penyaluran bahan literasi ke Bengkulu melalui Pretty yang membawanya langsung. Beruntung, kelebihan dari donasi lainnya masih bisa ikut kami salurkan. Dan masih banyak cerita kebaikan lainnya seperti penyaluran bagi komunitas Buku Untuk Papua saat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-73 tahun lalu, aksi volunteer yang rela menyebrang dari Jogja menuju Lombok, dan juga donasi 240 buku dari Kemenpora pada Mei 2019.
Sejatinya karakter “Helping, Caring and Loving” tumbuh dari rasa cukup sanubari kita. Dan rasa cukup ini bukan berasal dari pendapatan, kenyamanan, kemapanan, serta kesemuan belaka lainnya.
Malah rasa cukup tadi terkonversi dengan sendirinya mejadi rasa bahagia kala kita memikirkan dan memberi kebahagiaan pada yang lain. Setidaknya itulah yang kami alami sepanjang menjalani kebersamaan dengan Sedekah Buku Indonesia. Hanya perlu mengambil langkah yang lugas saja.
Tagline Berbagi Jendela Mimpi
Benar! Tinggalkanlah segala urusan keduniaan yang ada. Jauhi pertemanan yang tak sehat. Pertemanan tidak sehat ini selain salah pergaulan juga menyangkut orientasi hidup cara berpikir yang melulu mengagungkan worldly pleasure and measure semata. Berusahalah pula mencari lingkungan maupun komunitas yang kondusif dan utamanya selaras dengan visi (kebaikan) Anda. Lingkaran pertemanan serta komunitas sangatlah penting.
Because right circle is the one that helping and enabling us to live in right attitude both morally and spiritually.
Jadi mulailah melepaskan diri dari urusan keduniaan. Sebab ada hal lebih penting lagi yang mesti kita capai, yaitu kemashalatan bersama. Percayalah semesta selalu memikirkan kita dan kelak memberi kita semua kecukupan bila kita mengurusinya dan seluruh kehidupan di dalamnya. Inilah inti spirit “Helping, Caring and Loving” sejatinya.
Ceriakan Sanubari
The highest gain of doing meaningful work does truly come while having peaceful yet happy mind.
Nyata hal demikian jadi sumber kekuatan dalam setiap pekerjaan amal yang para personel Sedekah Buku Indonesia lakukan. Lantas tak perlu melayani perkara yang cuma buang waktu dan merugikan diri. Apalagi sampai terlampau sibuk mengurusi hidup orang lain. Di Sedekah Buku Indonesia sendiri, kami menyiasatinya dengan membangun mekanisme keterlibatan intensif volunteer-volunteer Sedekah Buku Indonesia yang ada. Caranya yakni mengajak mereka ikut serta mengisi tiap aktivitas yang Sedekah Buku adakan seperti pemilahan bahan literasi dan gathering bersama elemen masyarakat maupun komunitas.
Bersedekah Helping, Caring and Loving
Kata Ben Okri, “To poison a nation, poison its stories.” Ini amat berhubungan erat dengan cerita dunia pendidikan kita. Bagaimana cerita-cerita tadi bisa begitu memengaruhi kemajuan bangsa? Banyak cerita tidak menyenangkan dari dunia Pendidikan kita sendiri, diantaranya masalah kekerasan, keterbatasan akses dan arogansi. Padahal ada pula outcome yang membanggakan. Sayangnya media lebih gemar mengangkat yang negative tadi. Hal serupa pun timbul pada beragam bidang keilmuan juga sektor kehidupan. Ini soal wawasan kontekstual. Harus diakui, banyak yang belum memahami wawasan secara kontekstual sebagai fase mengolah akal, raga, rasa dan diri menjadi lebih baik dari hari kemarin. Demikian skema efek tular lewat narasi yang bangsa kita bangun sendiri.
Donasi
Sedekah Buku Indonesia senantiasa membukakan jalan membangun rasa kebersamaan sambal menularkan esensi “Helping, Caring and Loving”. Efek tularnya berlangsung dengan mengajak mereka berproses memaknai visi kerelawanan yang benar. Dari sinilah muncul banyak cerita serta interaksi yang menceriakan sanubari. Pola pikir inilah yang kami yakini bersama. Sebab sanubari yang ceria memungkinkan kita menyalurkan emosi yang ada secara positif. Energi tadi nantinya jadi penggerak inti karakter “Helping, Caring and Loving” yang merupakan ciri khas sekaligus indikator sentral bagi Sedekah Buku sendiri.
Sudah selayaknya kualitas waktu kita isi dengan kesibukan bermakna.
Maka belajar mengurangi pikiran serta kegelisahan tiada guna amatlah penting. Terlebih mengalahkan ego diri, merubah preferensi berkegiatan yang tadinya melulu orientasi diri menjadi mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong royong. Di situlah letak keberhasilan sesungguhnya mengartikan kerelawanan. Bukankah semesta telah mengajarkan kita agar tak hanya melulu meminta?
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara terbaik kembali mengingat segala proses, setiap langkah, dan semua tahapan beramal. Berlapang dada menerima keadaan yang tengah dialami apa adanya, namun tetap bisa berbagi dan menyatu dalam keceriaan. Demikianlah dinamika “Helping, Caring and Loving” yang terbangun dari kesadaran kolektif segenap volunteer Sedekah Buku Indonesia sehingga mampu menggerakkan banyak khalayak. Melaju saja dan yakini cara kita jalani kehidupan ini.
Juan Karnadi Volunteer JABODETABEK Sedekah Buku Indonesia
Only few do truly perceive the helping, caring and loving heart.
Begitulah pepatah yang ada. Pepatah tadi juga menjadi potret betapa kecilnya pena hati masyarakat kita menyikapi profesi nirlaba, bahkan terkadang menentang keberadaannya. Dan hal ini terjadi pula di belahan dunia lain semesta ini. Nampaknya sungguh sulit membumikan gairah “Helping, Caring and Loving”. Memulainya saja sudah susah. Belum lagi memasuki fase berikutnya. Alih-alih mendapat dukungan, banyak yang justru malah mengecilkan hati kita.
Di komunitas Sedekah Buku Indonesia, kami semua sangat mensyukuri bisa menyalakan kembali semangat gotong-royong dan solidaritas lewat cara serta keunikan kami masing-masing. Perlahan, kami bersama tumbuh, saling melengkapi dalam kepedulian dan empati. Kerap kami menjalani semua itu dalam skema alur yang tak seleras dengan tuntutan sosial kini. Sebab yang kami utamakan ialah keberlanjutan dari komunitas ini, dan juga penerima kebermanfaatannya.
Kecukupan Pemberian Semesta
Meski begitu, menilik lagi perjalanan bersama Sedekah Buku Indonesia, kami merasa sudah memperoleh kecukupan lebih -bahkan berlimpah. Kecukupan itu sendiri datang lewat tiap kerjasama dengan institusi, tiap kesempatan, tiap pertemuan dengan orang-orang yang memang semesta kirimkan untuk kami. Tak luput pula kehadiran komunitas dan tokoh masyarakat yang mendukung berjalannya gerakan “Berbagi Literasi” ini. Juga peranan para donatur yang telah menunjang keberlangsungan roda kegiatan Sedekah Buku Indonesia, baik dalam aspek ketersediaan maupun penyaluran bahan literasi. Dan segala kecukupan tadi berasal dari pemberian semesta.
CIMB Niaga menjadi institusi yang telah banyak membantu Sedekah Buku Indonesia menjalankan perannya sebagai perantara kebaikan. Sudah terselenggara kolaborasi demi kolaborasi kami bersama CIMB Niaga. Di antaranya melalui Program Sejuta Buku hasil inisiasi CIMB Niaga dimana Sedekah Buku Indonesia diberi amanah menyalurkan 10 ribu buku ke berbagai kabupaten / kota seperti Bulukumba, Maros dan Banjarmasin. Tak sampai disitu saja, pihak CIMB Niaga juga turut andil mendanai pembangunan Rumah Mimpi pertama di Singabarong tahun 2018 kemarin. Alhasil, terjalin sinergi yang positif antara kami dengan pihak CIMB Niaga.
Lalu pengalaman berkesan lainnya kala Sedekah Buku Indonesia terpilih mengisi Festival Relawan yang diadakan oleh IndoRelawan pada Desember 2018 dalam rangka memperingati Bulan Relawan Nasional. Jelas ini berdampak mendatangkan bahan literasi yang melimpah. Seolah bak. gayung bersambut, kami pun kebanjiran menerima buku serta mainan edukatif dari keramaian massa yang turut memeriahkan acara ini.
Berikutnya kolaborasi dengan salah satu sahabat kami, Pretty Christina Juni lalu. Tak banyak persiapan yang kami lakukan memenuhi permintaan penyaluran bahan literasi ke Bengkulu melalui Pretty yang membawanya langsung. Beruntung, kelebihan dari donasi lainnya masih bisa ikut kami salurkan. Dan masih banyak cerita kebaikan lainnya seperti penyaluran bagi komunitas Buku Untuk Papua saat merayakan HUT Kemerdekaan RI ke-73 tahun lalu, aksi volunteer yang rela menyebrang dari Jogja menuju Lombok, dan juga donasi 240 buku dari Kemenpora pada Mei 2019.
Sejatinya karakter “Helping, Caring and Loving” tumbuh dari rasa cukup sanubari kita. Dan rasa cukup ini bukan berasal dari pendapatan, kenyamanan, kemapanan, serta kesemuan belaka lainnya.
Malah rasa cukup tadi terkonversi dengan sendirinya mejadi rasa bahagia kala kita memikirkan dan memberi kebahagiaan pada yang lain. Setidaknya itulah yang kami alami sepanjang menjalani kebersamaan dengan Sedekah Buku Indonesia. Hanya perlu mengambil langkah yang lugas saja.
Tagline Berbagi Jendela Mimpi
Benar! Tinggalkanlah segala urusan keduniaan yang ada. Jauhi pertemanan yang tak sehat. Pertemanan tidak sehat ini selain salah pergaulan juga menyangkut orientasi hidup cara berpikir yang melulu mengagungkan worldly pleasure and measure semata. Berusahalah pula mencari lingkungan maupun komunitas yang kondusif dan utamanya selaras dengan visi (kebaikan) Anda. Lingkaran pertemanan serta komunitas sangatlah penting.
Because right circle is the one that helping and enabling us to live in right attitude both morally and spiritually.
Jadi mulailah melepaskan diri dari urusan keduniaan. Sebab ada hal lebih penting lagi yang mesti kita capai, yaitu kemashalatan bersama. Percayalah semesta selalu memikirkan kita dan kelak memberi kita semua kecukupan bila kita mengurusinya dan seluruh kehidupan di dalamnya. Inilah inti spirit “Helping, Caring and Loving” sejatinya.
Ceriakan Sanubari
The highest gain of doing meaningful work does truly come while having peaceful yet happy mind.
Nyata hal demikian jadi sumber kekuatan dalam setiap pekerjaan amal yang para personel Sedekah Buku Indonesia lakukan. Lantas tak perlu melayani perkara yang cuma buang waktu dan merugikan diri. Apalagi sampai terlampau sibuk mengurusi hidup orang lain. Di Sedekah Buku Indonesia sendiri, kami menyiasatinya dengan membangun mekanisme keterlibatan intensif volunteer-volunteer Sedekah Buku Indonesia yang ada. Caranya yakni mengajak mereka ikut serta mengisi tiap aktivitas yang Sedekah Buku adakan seperti pemilahan bahan literasi dan gathering bersama elemen masyarakat maupun komunitas.
Bersedekah Helping, Caring and Loving
Kata Ben Okri, “To poison a nation, poison its stories.” Ini amat berhubungan erat dengan cerita dunia pendidikan kita. Bagaimana cerita-cerita tadi bisa begitu memengaruhi kemajuan bangsa? Banyak cerita tidak menyenangkan dari dunia Pendidikan kita sendiri, diantaranya masalah kekerasan, keterbatasan akses dan arogansi. Padahal ada pula outcome yang membanggakan. Sayangnya media lebih gemar mengangkat yang negative tadi. Hal serupa pun timbul pada beragam bidang keilmuan juga sektor kehidupan. Ini soal wawasan kontekstual. Harus diakui, banyak yang belum memahami wawasan secara kontekstual sebagai fase mengolah akal, raga, rasa dan diri menjadi lebih baik dari hari kemarin. Demikian skema efek tular lewat narasi yang bangsa kita bangun sendiri.
Donasi
Sedekah Buku Indonesia senantiasa membukakan jalan membangun rasa kebersamaan sambal menularkan esensi “Helping, Caring and Loving”. Efek tularnya berlangsung dengan mengajak mereka berproses memaknai visi kerelawanan yang benar. Dari sinilah muncul banyak cerita serta interaksi yang menceriakan sanubari. Pola pikir inilah yang kami yakini bersama. Sebab sanubari yang ceria memungkinkan kita menyalurkan emosi yang ada secara positif. Energi tadi nantinya jadi penggerak inti karakter “Helping, Caring and Loving” yang merupakan ciri khas sekaligus indikator sentral bagi Sedekah Buku sendiri.
Sudah selayaknya kualitas waktu kita isi dengan kesibukan bermakna.
Maka belajar mengurangi pikiran serta kegelisahan tiada guna amatlah penting. Terlebih mengalahkan ego diri, merubah preferensi berkegiatan yang tadinya melulu orientasi diri menjadi mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong royong. Di situlah letak keberhasilan sesungguhnya mengartikan kerelawanan. Bukankah semesta telah mengajarkan kita agar tak hanya melulu meminta?
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara terbaik kembali mengingat segala proses, setiap langkah, dan semua tahapan beramal. Berlapang dada menerima keadaan yang tengah dialami apa adanya, namun tetap bisa berbagi dan menyatu dalam keceriaan. Demikianlah dinamika “Helping, Caring and Loving” yang terbangun dari kesadaran kolektif segenap volunteer Sedekah Buku Indonesia sehingga mampu menggerakkan banyak khalayak. Melaju saja dan yakini cara kita jalani kehidupan ini.
Juan Karnadi Volunteer JABODETABEK Sedekah Buku Indonesia
Maka belajar mengurangi pikiran serta kegelisahan tiada guna amatlah penting. Terlebih mengalahkan ego diri, merubah preferensi berkegiatan yang tadinya melulu orientasi diri menjadi mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong royong. Di situlah letak keberhasilan sesungguhnya mengartikan kerelawanan. Bukankah semesta telah mengajarkan kita agar tak hanya melulu meminta?
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara terbaik kembali mengingat segala proses, setiap langkah, dan semua tahapan beramal. Berlapang dada menerima keadaan yang tengah dialami apa adanya, namun tetap bisa berbagi dan menyatu dalam keceriaan. Demikianlah dinamika “Helping, Caring and Loving” yang terbangun dari kesadaran kolektif segenap volunteer Sedekah Buku Indonesia sehingga mampu menggerakkan banyak khalayak. Melaju saja dan yakini cara kita jalani kehidupan ini.
Maka belajar mengurangi pikiran serta kegelisahan tiada guna amatlah penting. Terlebih mengalahkan ego diri, merubah preferensi berkegiatan yang tadinya melulu orientasi diri menjadi mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong royong. Di situlah letak keberhasilan sesungguhnya mengartikan kerelawanan. Bukankah semesta telah mengajarkan kita agar tak hanya melulu meminta?
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara terbaik kembali mengingat segala proses, setiap langkah, dan semua tahapan beramal. Berlapang dada menerima keadaan yang tengah dialami apa adanya, namun tetap bisa berbagi dan menyatu dalam keceriaan. Demikianlah dinamika “Helping, Caring and Loving” yang terbangun dari kesadaran kolektif segenap volunteer Sedekah Buku Indonesia sehingga mampu menggerakkan banyak khalayak. Melaju saja dan yakini cara kita jalani kehidupan ini.
Maka belajar mengurangi pikiran serta kegelisahan tiada guna amatlah penting. Terlebih mengalahkan ego diri, merubah preferensi berkegiatan yang tadinya melulu orientasi diri menjadi mengedepankan asas kekeluargaan dan gotong royong. Di situlah letak keberhasilan sesungguhnya mengartikan kerelawanan. Bukankah semesta telah mengajarkan kita agar tak hanya melulu meminta?
Berdamai dengan diri sendiri adalah cara terbaik kembali mengingat segala proses, setiap langkah, dan semua tahapan beramal. Berlapang dada menerima keadaan yang tengah dialami apa adanya, namun tetap bisa berbagi dan menyatu dalam keceriaan. Demikianlah dinamika “Helping, Caring and Loving” yang terbangun dari kesadaran kolektif segenap volunteer Sedekah Buku Indonesia sehingga mampu menggerakkan banyak khalayak. Melaju saja dan yakini cara kita jalani kehidupan ini.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.
Harus disampaikan bahwa tolak ukur keberhasilan menjadi relawan tampak dari kebesaran hatinya melepas ego. Bukan hal mudah. Melepas ego berarti merelakan keinginan diri, mengedepankan kepentingan bersama dan yang paling sulit melapangkan pikiran dan hati supaya tak larut dalam kekecewaan berlebih. Inilah daya keunggulan nyata relawan, yang meninggikuatkan karakter demikian hingga lampaui kemanusiaan.