Tahun 2016, kementrian kesehatan merilis data
kelengkapan fasilitas rumah sakit di Indonesia. Hanya 16,5% dari seluruhnya
yang memiliki fasilitas NICU. Itu pun belum memadai dan masih ada yang
dibiarkan terbengkalai. Artinya alat-alat perlengkapan NICU belum menjangkau
banyak rumah sakit: terlebih daerah dan pelosok. Fakta demikian adanya membuat
kami pun tersentak. “Kenapa tidak kita adakan saja kalau begitu? Bahkan kita
mungkinkan untuk memurahkan pembuatannya, dan kita gratiskan penggunaannya.”
Begitu gagasan NICU berkualitas kami. Kami punya ilmunya, dan tahu caranya
untuk menjadikan itu semua. Jadi lebih baik kami bergerak dulu ketimbang hanya
sekedar berantusias.
Menghidupkan NICU berkualitas
Penghidupan
Lantas kami pun mencoba mempertemukan ide NICU
berkualitas tadi dengan hajat hidup banyak orang. Caranya dengan memperbanyak
keterlibatan oleh pengembang kita sendiri. Ini juga berarti memberi kesempatan
kepada para pengusaha lokal memperoleh penghasilan guna menunjang kelangsungan
usahanya: operasional dan penghasilan tenaga kerja. Dan kelak upaya demikian
akan membukakan lapangan pekerjaan baru untuk UKM di tempat kawasan yang baru
pula. Memang, fokus kami sedari awal ialah memperluas pengadaan alat dari yang
mulanya di Jabodetabek ke berbagai daerah dan pelosok.
Terlebih kami ingin menggandeng perorangan maupun
komunitas yang memiliki kapabilitas di bidang pemrograman serta elektronika.
Disinilah pentingnya melakukan pendekatan lapangan untuk mempermudah
pengawasan. Jadi kami berniat menyebarkan hasil pengerjaan kami ke Internet
-baik aspek program maupun rangkaian elektronik. Kontrol manufaktur kami
lakukan lewat serangkaian tahapan pelatihan. Sedangkan isi program cukup ditiru
saja. Mudah kan? Itulah inti kolaborasi: mendayagunakan jaringan seoptimal
mungkin.
Muaranya terjadi penyelamatan masyarakat secara
kolektif nan masif. Indikator keberhasilannya bagi kami terletak pada tiga hal.
Pertama, terjadi peningkatan keterampilan dan keahlian UKM maupun komunitas /
perorangan yang terlihat dari membaiknya kualitas serta waktu pengerjaan.
Kedua, pemberdayaan berlangsung secara mandiri. Dan ini berjalan kala rakyat
kompak berinisiatif dan proaktif menolong bayi di daerahnya sendiri. Ketiga,
yang paling utama, upaya nyata ini mengubah pemikiran banyak orang tentang
makna beramal yang tadinya sekedar menyumbang menjadi lebih filantropis.
Demikian keterkaitan ide NICU berkualitas kami dengan penghidupan lewat
pengabdian kepada khalayak luas.
Inovasi
Roda Inovasi
Lalu bagaimana bisa menjalankan roda inovasi hingga sedemikian
rupa? Kami pun terus memutar otak, berupaya mempertahankan setidaknya empat hal
yang menjadi ciri khas sekaligus tantangan dalam kelangsungan konsep NICU
berkualitas kami. Pertama kebhinekaan. Fakta ini ingin kami angkat kembali
dengan melibatkan beragam disiplin ilmu. Kesulitannya adalah mencari jalan
memadukan tiap bidang keilmuan dan memberikan keluaran jadi pada tiap produk
secara optimal (memudahkan mobilisasi). Maka untuk NICU berkualitas, kami
melibatkan lima vendor utama: PCB
(elektronika); 3D printing, UKM akrilik, dan UKM kayu (manufaktur); para
penyedia komponen listrik di situs jual beli online.
Kedua kesederhanaan perancangan. Rancangan sederhana
mendatangkan pula penggunaan yang sederhana. Mulai dari pemilihan bahan,
kemudian proses produksi terkait desain maufaktur, ditambah penyusunan program,
hingga penentuan komponen dan pembuatan rangkaian elektronika. Salah satu yang
menjadi perhatian kami ialah terkait penyederhanaan rangkaian. Juga pembuatan
papan cetak (PCB) siap pakai yang dapat menyesuaikan kebutuhan kami. Inilah
yang sedang kami kerjakan pada produk yang kami namai “Patient Monitor
Sederhana”.
Menghidupi Inkubator Gratis
Ketiga keterjangkauan biaya. Keutamaannya harus
proaktif dan kreatif dalam mencari barang. Tantangan yang kami hadapi antara
lain sebagai berikut: ketidaksiapan vendor,
kelayakan barang, ketidaksesuaian harga, dan mengasah kreativitas. Namun kami
lebih memilih membahas yang terakhir karena itu yang paling sulit bagi kami.
Seperti mencari barang yang bukan peruntukannya. Masih terkait dengan “Patient
Monitor Sederhana”, betapa sulitnya kami menemukan bahan non-medis tapi bisa
dipakai untuk kulit bayi. Ataupun opsi yang terbatas saat membeli barang. Hal ini
kami alami beberapa waktu lalu ketika memesan alat pengukur kadar oksigen dalam
darah. Kami hanya memerlukan penutup jarinya saja, tetapi mendapat pula
kabelnya, sehingga menjadi mahal. Padahal yang diperlukan hanya satu bagian
saja, tapi harus membeli bagian lain. Bisa jadi mahal di ongkos.
Puncaknya, kami perlu melaksanakan penyebaran produksi
ke seluruh Indonesia. Mohon doanya supaya kami bisa menyegerakan realisasinya. Singkatnya
mentransfer pengetahuan yang telah kami peroleh terkait mekanisme teknologi
pembuatan agar dapat mempersingkat waktu pengerjaan serta pengadaan alat-alat NICU
berkualitas kami. Pendekatannya pun berbeda tergantung kondisi lapangan. Malah
sebaliknya, kami mendapat pelajaran tentang peletakan konstruksi dari UKM
akrilik, tentang proses perakitan -khususnya penyolderan- rangkaian elektronika
dari jasa pencetakan papan sirkuit PCB. Bahkan, kami sudah berniat membagikan
seluruh resource kami secara online dan gratis, menjadikannya sebuah open source. Dan ini tidak cuma terbatas
pada perorangan / komunitas pemrograman ataupun elektronika. Siapa pun yang
ingin belajar bisa mengakses open source
tersebut. Jadi justru ada kemahiran baru dan kita saling memperkaya wawasan
satu dengan yang lain. Dan begitulah kami memanfaatkan NICU berkualitas sebagai
momentum kemandirian.
Kunjungan ke UIB Batam untuk NICU Berkualitas
Amal Untuk Semesta
Keunggulan setiap inovasi terletak pada seberapa jauh
mental kejuangan dalam berproses supaya mengembangkan kecerdasan dan kemudian
menggunakannya. Dan mental kejuangan itu akhirnya membentuk DNA berkarya dalam
diri kita. Dan tanpa sadar menjaga semangat kita serta menambah ketabahan. Dan
kita pun tak boleh mengendapkannya di kepala saja, membiarkannya berujung jadi
sebatas wacana; melainkan mengamalkannya ke badan, juga seluruh isi semesta.
Kita seringkali lupa bagaimana teknologi bisa
menjangkau khalayak luas serta mengedukasi mereka lebih lanjut dalam
memberdayakan diri serta lingkungannya. Celakanya kita melulu gemar
memperkarakan masalah kemutakhiran. Padahal bukan itu saja persoalannya di
lapangan.
Sampailah kita pada jawaban mengapa kita sendiri masih
terperangkap dalam mental kemiskinan. Ya. Sebab kita terlalu sibuk memikirkan
diri semata, hingga terbentuk pemikiran individualisme, yang lalu menggerus
empati dan akhirnya membudaya menjadi kepelitan membantu orang lain. Apalagi
kalau yang dikejar hanya kenikmatan semu yang ditawarkan hedonisme. Gila! Apa
bedanya kita dengan preman yang pede
berbuat premanisme kalau begitu?
Happiness is not
about esteem nor expectation. It is rather about our way of living. Bahagia itu sumber yang menguatkan kaki kita untuk
melangkah lebih jauh, melapangkan dada kita agar bernapas lebih kuat, dan
menempa diri kita supaya terlepas dari segala belenggu kehidupan. Dari
kebahagiaan, kita mendapat kekuatan untuk saling memberi, memperkaya, serta
melengkapi. Dan kelak ini akan membawa sebangsa dalam perjalanan menuju
pencapaian filantropi berkualitas. Amal untuk semesta. Lebih baik amalkan ilmu
untuk kemajuan bersama, memanusiakan manusia, dan merubah cara berpikir menjadi
lebih melayani.
Tahun 2016, kementrian kesehatan merilis data kelengkapan fasilitas rumah sakit di Indonesia. Hanya 16,5% dari seluruhnya yang memiliki fasilitas NICU. Itu pun belum memadai dan masih ada yang dibiarkan terbengkalai. Artinya alat-alat perlengkapan NICU belum menjangkau banyak rumah sakit: terlebih daerah dan pelosok. Fakta demikian adanya membuat kami pun tersentak. “Kenapa tidak kita adakan saja kalau begitu? Bahkan kita mungkinkan untuk memurahkan pembuatannya, dan kita gratiskan penggunaannya.” Begitu gagasan NICU Berkualitas kami. Kami punya ilmunya, dan tahu caranya untuk menjadikan itu semua. Jadi lebih baik kami bergerak dulu ketimbang hanya sekedar berantusias.
Penghidupan
Lantas kami pun mencoba mempertemukan ide NICU Berkualitas tadi dengan hajat hidup banyak orang. Caranya dengan memperbanyak keterlibatan oleh pengembang kita sendiri. Ini juga berarti memberi kesempatan kepada para pengusaha lokal memperoleh penghasilan guna menunjang kelangsungan usahanya: operasional dan penghasilan tenaga kerja. Dan kelak upaya demikian akan membukakan lapangan pekerjaan baru untuk UKM di tempat kawasan yang baru pula. Memang, fokus kami sedari awal ialah memperluas pengadaan alat dari yang mulanya di Jabodetabek ke berbagai daerah dan pelosok.
Terlebih kami ingin menggandeng perorangan maupun komunitas yang memiliki kapabilitas di bidang pemrograman serta elektronika. Disinilah pentingnya melakukan pendekatan lapangan untuk mempermudah pengawasan. Jadi kami berniat menyebarkan hasil pengerjaan kami ke Internet -baik aspek program maupun rangkaian elektronik. Kontrol manufaktur kami lakukan lewat serangkaian tahapan pelatihan. Sedangkan isi program cukup ditiru saja. Mudah kan? Itulah inti kolaborasi: mendayagunakan jaringan seoptimal mungkin.
Muaranya terjadi penyelamatan masyarakat secara kolektif nan masif. Indikator keberhasilannya bagi kami terletak pada tiga hal. Pertama, terjadi peningkatan keterampilan dan keahlian UKM maupun komunitas / perorangan yang terlihat dari membaiknya kualitas serta waktu pengerjaan. Kedua, pemberdayaan berlangsung secara mandiri. Dan ini berjalan kala rakyat kompak berinisiatif dan proaktif menolong bayi di daerahnya sendiri. Ketiga, yang paling utama, upaya nyata ini mengubah pemikiran banyak orang tentang makna beramal yang tadinya sekedar menyumbang menjadi lebih filantropis. Demikian keterkaitan ide NICU Berkualitas kami dengan penghidupan lewat pengabdian kepada khalayak luas.
Roda Inovasi
Lalu bagaimana bisa menjalankan roda inovasi hingga sedemikian rupa? Kami pun terus memutar otak, berupaya mempertahankan setidaknya empat hal yang menjadi ciri khas sekaligus tantangan dalam kelangsungan konsep NICU Berkualitas kami. Pertama kebhinekaan. Fakta ini ingin kami angkat kembali dengan melibatkan beragam disiplin ilmu. Kesulitannya adalah mencari jalan memadukan tiap bidang keilmuan dan memberikan keluaran jadi pada tiap produk secara optimal (memudahkan mobilisasi). Maka untuk NICU Berkualitas, kami melibatkan lima vendor utama: PCB (elektronika); 3D printing, UKM akrilik, dan UKM kayu (manufaktur); para penyedia komponen listrik di situs jual beli online.
Kedua kesederhanaan perancangan. Rancangan sederhana mendatangkan pula penggunaan yang sederhana. Mulai dari pemilihan bahan, kemudian proses produksi terkait desain maufaktur, ditambah penyusunan program, hingga penentuan komponen dan pembuatan rangkaian elektronika. Salah satu yang menjadi perhatian kami ialah terkait penyederhanaan rangkaian. Juga pembuatan papan cetak (PCB) siap pakai yang dapat menyesuaikan kebutuhan kami. Inilah yang sedang kami kerjakan pada produk yang kami namai “Patient Monitor Sederhana”.
Ketiga keterjangkauan biaya. Keutamaannya harus proaktif dan kreatif dalam mencari barang. Tantangan yang kami hadapi antara lain sebagai berikut: ketidaksiapan vendor, kelayakan barang, ketidaksesuaian harga, dan mengasah kreativitas. Namun kami lebih memilih membahas yang terakhir karena itu yang paling sulit bagi kami. Seperti mencari barang yang bukan peruntukannya. Masih terkait dengan “Patient Monitor Sederhana”, betapa sulitnya kami menemukan bahan non-medis tapi bisa dipakai untuk kulit bayi. Ataupun opsi yang terbatas saat membeli barang. Hal ini kami alami beberapa waktu lalu ketika memesan alat pengukur kadar oksigen dalam darah. Kami hanya memerlukan penutup jarinya saja, tetapi mendapat pula kabelnya, sehingga menjadi mahal. Padahal yang diperlukan hanya satu bagian saja, tapi harus membeli bagian lain. Bisa jadi mahal di ongkos.
Puncaknya, kami perlu melaksanakan penyebaran produksi ke seluruh Indonesia. Mohon doanya supaya kami bisa menyegerakan realisasinya. Singkatnya mentransfer pengetahuan yang telah kami peroleh terkait mekanisme teknologi pembuatan agar dapat mempersingkat waktu pengerjaan serta pengadaan alat-alat NICU Berkualitas kami. Pendekatannya pun berbeda tergantung kondisi lapangan. Malah sebaliknya, kami mendapat pelajaran tentang peletakan konstruksi dari UKM akrilik, tentang proses perakitan -khususnya penyolderan- rangkaian elektronika dari jasa pencetakan papan sirkuit PCB. Bahkan, kami sudah berniat membagikan seluruh resource kami secara online dan gratis, menjadikannya sebuah open source. Dan ini tidak cuma terbatas pada perorangan / komunitas pemrograman ataupun elektronika. Siapa pun yang ingin belajar bisa mengakses open source tersebut. Jadi justru ada kemahiran baru dan kita saling memperkaya wawasan satu dengan yang lain. Dan begitulah kami memanfaatkan NICU Berkualitas sebagai momentum kemandirian.
Amal Untuk Semesta
Keunggulan setiap inovasi terletak pada seberapa jauh mental kejuangan dalam berproses supaya mengembangkan kecerdasan dan kemudian menggunakannya. Dan mental kejuangan itu akhirnya membentuk DNA berkarya dalam diri kita. Asdf Dan tanpa sadar menjaga semangat kita serta menambah ketabahan. Dan kita pun tak boleh mengendapkannya di kepala saja, membiarkannya berujung jadi sebatas wacana; melainkan mengamalkannya ke badan, juga seluruh isi semesta.
Kita seringkali lupa bagaimana teknologi bisa menjangkau khalayak luas serta mengedukasi mereka lebih lanjut dalam memberdayakan diri serta lingkungannya. Celakanya kita melulu gemar memperkarakan masalah kemutakhiran. Padahal bukan itu saja persoalannya di lapangan.
Sampailah kita pada jawaban mengapa kita sendiri masih terperangkap dalam mental kemiskinan. Ya. Sebab kita terlalu sibuk memikirkan diri semata, hingga terbentuk pemikiran individualisme, yang lalu menggerus empati dan akhirnya membudaya menjadi kepelitan membantu orang lain. Apalagi kalau yang dikejar hanya kenikmatan semu yang ditawarkan hedonisme. Gila! Apa bedanya kita dengan preman yang pede berbuat premanisme kalau begitu?
Happiness is not about esteem nor expectation. It is rather about our way of living. Bahagia itu sumber yang menguatkan kaki kita untuk melangkah lebih jauh, melapangkan dada kita agar bernapas lebih kuat, dan menempa diri kita supaya terlepas dari segala belenggu kehidupan. Dari kebahagiaan, kita mendapat kekuatan untuk saling memberi, memperkaya, serta melengkapi. Dan kelak ini akan membawa sebangsa dalam perjalanan menuju pencapaian filantropi berkualitas. Alam untuk semesta. Lebih baik amalkan ilmu untuk kemajuan bersama, memanusiakan manusia, dan merubah cara berpikir menjadi lebih melayani.
Cimahi, 20 Juli 2012Kepada Yth.
Bpk. Prof. Raldi Artono Koestoer
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dengan hormat,Bersama ini, kami, orang tua anak kembar Alexie & Aurel Adelia, mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak & rekan yang telah berkenan meminjamkan inkubator kepada kami untuk perawatan anak kami yang membutuhkan.
Kami bermaksud untuk mengembalikan inkubator dan kondisi terakhir masih baik.
Sebagai rasa terima kasih kami, sudilah kiranya Bapak menerima pemberian kami. Meskipun tak besar tapi semoga bermanfaat & berkah.
Demikian dari kami sekeluarga. Atas segala kebaikan Bapak kami ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Salam hangat,
Soleh Wahyudi & Wulandari
Cimahi, 20 Juli 2012Kepada Yth.
Bpk. Prof. Raldi Artono Koestoer
Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas IndonesiaDengan hormat,Bersama ini, kami, orang tua anak kembar Alexie & Aurel Adelia, mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak & rekan yang telah berkenan meminjamkan inkubator kepada kami untuk perawatan anak kami yang membutuhkan.
Kami bermaksud untuk mengembalikan inkubator dan kondisi terakhir masih baik.
Sebagai rasa terima kasih kami, sudilah kiranya Bapak menerima pemberian kami. Meskipun tak besar tapi semoga bermanfaat & berkah.
Demikian dari kami sekeluarga. Atas segala kebaikan Bapak kami ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Tahun 2016, kementrian kesehatan merilis data kelengkapan fasilitas rumah sakit di Indonesia. Hanya 16,5% dari seluruhnya yang memiliki fasilitas NICU. Itu pun belum memadai dan masih ada yang dibiarkan terbengkalai. Artinya alat-alat perlengkapan NICU belum menjangkau banyak rumah sakit: terlebih daerah dan pelosok. Fakta demikian adanya membuat kami pun tersentak. “Kenapa tidak kita adakan saja kalau begitu? Bahkan kita mungkinkan untuk memurahkan pembuatannya, dan kita gratiskan penggunaannya.” Begitu gagasan NICU Berkualitas kami. Kami punya ilmunya, dan tahu caranya untuk menjadikan itu semua. Jadi lebih baik kami bergerak dulu ketimbang hanya sekedar berantusias.
Penghidupan
Lantas kami pun mencoba mempertemukan ide NICU Berkualitas tadi dengan hajat hidup banyak orang. Caranya dengan memperbanyak keterlibatan oleh pengembang kita sendiri. Ini juga berarti memberi kesempatan kepada para pengusaha lokal memperoleh penghasilan guna menunjang kelangsungan usahanya: operasional dan penghasilan tenaga kerja. Dan kelak upaya demikian akan membukakan lapangan pekerjaan baru untuk UKM di tempat kawasan yang baru pula. Memang, fokus kami sedari awal ialah memperluas pengadaan alat dari yang mulanya di Jabodetabek ke berbagai daerah dan pelosok.
Terlebih kami ingin menggandeng perorangan maupun komunitas yang memiliki kapabilitas di bidang pemrograman serta elektronika. Disinilah pentingnya melakukan pendekatan lapangan untuk mempermudah pengawasan. Jadi kami berniat menyebarkan hasil pengerjaan kami ke Internet -baik aspek program maupun rangkaian elektronik. Kontrol manufaktur kami lakukan lewat serangkaian tahapan pelatihan. Sedangkan isi program cukup ditiru saja. Mudah kan? Itulah inti kolaborasi: mendayagunakan jaringan seoptimal mungkin.
Muaranya terjadi penyelamatan masyarakat secara kolektif nan masif. Indikator keberhasilannya bagi kami terletak pada tiga hal. Pertama, terjadi peningkatan keterampilan dan keahlian UKM maupun komunitas / perorangan yang terlihat dari membaiknya kualitas serta waktu pengerjaan. Kedua, pemberdayaan berlangsung secara mandiri. Dan ini berjalan kala rakyat kompak berinisiatif dan proaktif menolong bayi di daerahnya sendiri. Ketiga, yang paling utama, upaya nyata ini mengubah pemikiran banyak orang tentang makna beramal yang tadinya sekedar menyumbang menjadi lebih filantropis. Demikian keterkaitan ide NICU Berkualitas kami dengan penghidupan lewat pengabdian kepada khalayak luas.
Roda Inovasi
Lalu bagaimana bisa menjalankan roda inovasi hingga sedemikian rupa? Kami pun terus memutar otak, berupaya mempertahankan setidaknya empat hal yang menjadi ciri khas sekaligus tantangan dalam kelangsungan konsep NICU Berkualitas kami. Pertama kebhinekaan. Fakta ini ingin kami angkat kembali dengan melibatkan beragam disiplin ilmu. Kesulitannya adalah mencari jalan memadukan tiap bidang keilmuan dan memberikan keluaran jadi pada tiap produk secara optimal (memudahkan mobilisasi). Maka untuk NICU Berkualitas, kami melibatkan lima vendor utama: PCB (elektronika); 3D printing, UKM akrilik, dan UKM kayu (manufaktur); para penyedia komponen listrik di situs jual beli online.
Kedua kesederhanaan perancangan. Rancangan sederhana mendatangkan pula penggunaan yang sederhana. Mulai dari pemilihan bahan, kemudian proses produksi terkait desain maufaktur, ditambah penyusunan program, hingga penentuan komponen dan pembuatan rangkaian elektronika. Salah satu yang menjadi perhatian kami ialah terkait penyederhanaan rangkaian. Juga pembuatan papan cetak (PCB) siap pakai yang dapat menyesuaikan kebutuhan kami. Inilah yang sedang kami kerjakan pada produk yang kami namai “Patient Monitor Sederhana”.
Ketiga keterjangkauan biaya. Keutamaannya harus proaktif dan kreatif dalam mencari barang. Tantangan yang kami hadapi antara lain sebagai berikut: ketidaksiapan vendor, kelayakan barang, ketidaksesuaian harga, dan mengasah kreativitas. Namun kami lebih memilih membahas yang terakhir karena itu yang paling sulit bagi kami. Seperti mencari barang yang bukan peruntukannya. Masih terkait dengan “Patient Monitor Sederhana”, betapa sulitnya kami menemukan bahan non-medis tapi bisa dipakai untuk kulit bayi. Ataupun opsi yang terbatas saat membeli barang. Hal ini kami alami beberapa waktu lalu ketika memesan alat pengukur kadar oksigen dalam darah. Kami hanya memerlukan penutup jarinya saja, tetapi mendapat pula kabelnya, sehingga menjadi mahal. Padahal yang diperlukan hanya satu bagian saja, tapi harus membeli bagian lain. Bisa jadi mahal di ongkos.
Puncaknya, kami perlu melaksanakan penyebaran produksi ke seluruh Indonesia. Mohon doanya supaya kami bisa menyegerakan realisasinya. Singkatnya mentransfer pengetahuan yang telah kami peroleh terkait mekanisme teknologi pembuatan agar dapat mempersingkat waktu pengerjaan serta pengadaan alat-alat NICU Berkualitas kami. Pendekatannya pun berbeda tergantung kondisi lapangan. Malah sebaliknya, kami mendapat pelajaran tentang peletakan konstruksi dari UKM akrilik, tentang proses perakitan -khususnya penyolderan- rangkaian elektronika dari jasa pencetakan papan sirkuit PCB. Bahkan, kami sudah berniat membagikan seluruh resource kami secara online dan gratis, menjadikannya sebuah open source. Dan ini tidak cuma terbatas pada perorangan / komunitas pemrograman ataupun elektronika. Siapa pun yang ingin belajar bisa mengakses open source tersebut. Jadi justru ada kemahiran baru dan kita saling memperkaya wawasan satu dengan yang lain. Dan begitulah kami memanfaatkan NICU Berkualitas sebagai momentum kemandirian.
Amal Untuk Semesta
Keunggulan setiap inovasi terletak pada seberapa jauh mental kejuangan dalam berproses supaya mengembangkan kecerdasan dan kemudian menggunakannya. Dan mental kejuangan itu akhirnya membentuk DNA berkarya dalam diri kita. Asdf Dan tanpa sadar menjaga semangat kita serta menambah ketabahan. Dan kita pun tak boleh mengendapkannya di kepala saja, membiarkannya berujung jadi sebatas wacana; melainkan mengamalkannya ke badan, juga seluruh isi semesta.
Kita seringkali lupa bagaimana teknologi bisa menjangkau khalayak luas serta mengedukasi mereka lebih lanjut dalam memberdayakan diri serta lingkungannya. Celakanya kita melulu gemar memperkarakan masalah kemutakhiran. Padahal bukan itu saja persoalannya di lapangan.
Sampailah kita pada jawaban mengapa kita sendiri masih terperangkap dalam mental kemiskinan. Ya. Sebab kita terlalu sibuk memikirkan diri semata, hingga terbentuk pemikiran individualisme, yang lalu menggerus empati dan akhirnya membudaya menjadi kepelitan membantu orang lain. Apalagi kalau yang dikejar hanya kenikmatan semu yang ditawarkan hedonisme. Gila! Apa bedanya kita dengan preman yang pede berbuat premanisme kalau begitu?
Happiness is not about esteem nor expectation. It is rather about our way of living. Bahagia itu sumber yang menguatkan kaki kita untuk melangkah lebih jauh, melapangkan dada kita agar bernapas lebih kuat, dan menempa diri kita supaya terlepas dari segala belenggu kehidupan. Dari kebahagiaan, kita mendapat kekuatan untuk saling memberi, memperkaya, serta melengkapi. Dan kelak ini akan membawa sebangsa dalam perjalanan menuju pencapaian filantropi berkualitas. Alam untuk semesta. Lebih baik amalkan ilmu untuk kemajuan bersama, memanusiakan manusia, dan merubah cara berpikir menjadi lebih melayani.